Rabu, 28 April 2010

CINA BENTENG

CINA BENTENG

Pada Selasa, 13/04/2010 detikNews merilis berita soal rencana Pemerintah Kota Tangerang yang akan menggusur Kawasan Cina Benteng di Kota Tengerang dengan alasan penertiban kawasan bantaran sungai. Padahal, mereka telah menghuni kawasan tersebut sejak abad ke 17 dan telah berasimilasi dengan penduduk setempat selama berabad-abad.

Dengan membaca berita tersebut, saya menjadi tertarik lagi untuk mengetahui soal Cina Benteng, yang sejak saya duduk di bangku Sekola Dasar (SD) sudah sering mendengar sebutan tersebut, dan seiring perkembangan terutama sejak saya pergi merantau dan sering mondar mandir, Depok, Tangerang, Bogor Tangerang, Jakarta Tangerang jadi semakin sering dan ramah dengan kata Cina Benteng (heheee….. sekalian promosi, kebetulan sekarang saya tinggal di Kota Depok).

Cina Benteng,…!!! Bagi penduduk Tangerang bahkan Jakarta, tentu sebutan Cina Benteng sudah tidak asing lagi. Sebab orang seperti saya saja yang asalnya jauh dari Tangerang dan Jakarta sudah sering mendengar sebutan tersebut. Sebab jika ditelisik dari sejarahnya Cina Benteng sejak abad ke 17 sekitar tahun 1.600-an sejak Jakarta masih disebut Jayakarta warga asal tionghoa ini telah bermukim di kawasan tersebut, dan tempat inilah (Cina Benteng) jadi saksi tumbuh kembangnya Jayakarta, Batavia dan menjadi Jakarta sekarang. Sehingga Kota Tangerang dikenal dengan istilah China Benteng, yaitu Mereka adalah warga etnis Tionghoa yang merupakan keturunan imigran China Hokkian


Keunikan Yang Ada

Di wilayah Cina Benteng, Selain rumah dan pemukiman yang khas, mereka pun kerap berdoa bersama di Wihara Maha Bodhi/Tjong Tek Bio, Wihara bersejarah yang telah berdiri sejak tahun 1837. Kondisi kerukunan hidup beragama Cina Benteng adalah 'monumen hidup' keberagaman dan toleransi Indonesia. Di tempat tersebut dijumpai tiga tempat ibadah dari tiga agama berbeda, yakni Budha/Taoisme/Khonghuncu dengan klentengnya, Islam dengan mushola dan taman pendidikan Al-Qur’an serta Kristen dengan gerejanya.

Dalam sepanjang sejarah Cina Benteng "Tidak pernah terjadi konflik yang disebabkan latar belakang agama. Persatuan antarumat beragama bukan sekedar omong kosong, hal ini telah teruji ketika kerusuhan Mei 1998, warga Cina Benteng bisa melaluinya dengan aman,"

Hal lainnya dari hasil penelusuran dan berbagai media yang merilisnya, Akibat dari proses asimilasi dan akulturasi, warga Cina Benteng sebenarnya telah terasing dari bahasa ibu mereka. Hal ini terbukti bahwa yang dapat berbahasa Cina kini tinggal sedikit. Mereka lebih terbiasa menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Betawi sebagai bahasa sehari-hari.

Meski demikian mayoritas dari mereka tetap taat terhadap agama leluhur mereka, yakni Khonghucu, Budha, Taoisme atau Tridharma. "Kekayaan sejarah dan keberagaman ini bahkan pernah diangkat melalui fim Ca Bau Kan, setting maupun tokoh dalam film tersebut diadopsi dari kondisi warga Cina Benteng,

Dan Sungguh pemandangan yang istimewa, di tengah permukiman pinggir kali warga China Benteng terselip sebuah pondok yang merawat warga yang terganggu mentalnya. Pondok itu memiliki nama Rumah Pemulihan Pondok Sejahtera. Di pondok khusus pria ini terdapat 12 orang pasien. Mereka tak hanya berasal dari wilayah Tangerang, tetapi juga dari luar Provinsi Banten.

Sayang, peninggalan 'sejarah hidup' dan berbagai keunikan tersebut akan segera musnah. Sebabnya Pemkot telah melayangkan berkali-kali surat perintah bongkar. Surat yang terakhir yaitu Surat Pemberitahuan ke-III No. 648/48-Tramtib/I/10 tertanggal 22 Januari 2010 (detiknews 13/042010), seribuan warga Cina Benteng yang tinggal di Kampung Lebak Wangi, Kelurahan Mekar Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang akan diusir paksa oleh Pemkot Kota Tengerang, Banten dari rumahnya. Maka dipastikan sebanyak 350 KK atau 1.007 jiwa yang terdiri dari 477 perempuan, 339 anak-anak, 129 laki-laki serta 12 orang penderita keterbelakangan mental terancam kehilangan tempat tinggalnya. Padahal mereka telah melalui proses panjang asimilasi dan akulturasi yang menghasilkan sumbangan besar terhadap kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia.

Tari Cokek dan alunan musik Gambang Kromong merupakan dua dari banyak jenis kesenian hasil perjumpaan dua kebudayaan yang berbeda, tionghoa-betawi. "Pemerintah beralasan, rumah-rumah digusur karena melanggar Perda No 18 tahun 2000, tentang Keindahan, Ketertiban, dan Keamanan (K3) Kota Tangerang,"

Dan kini pertanyaannya menurut saya adalah "Apakah mereka yang telah menghuni berabad-abad harus diusir paksa?"

Dan selanjutnya juga apakah Penggusuran akan menyelesaikan masalah mengenai soal Keindahan, Ketertiban serta Keamanan Sebuah wilayah atau pemukiman.???

Sungguh sudah banyak pelajaran dan fakta-fakta otentik bahwa penggusuran adalah lebih banyak mudoratnya dari pada manfaatnya. Sehingga Jika rencana penggusuran ini tetap dilakukan, maka terjadi pelanggaran hak atas perumahan, dan tentu berdampak pula pada berkurangnya atau hilangnya hak atas kesehatan, pendidikan serta hak atas lingkungan yang sehat dan bersih dan yang jelas warga Cina Benteng telah jadi korban dari rezim komprador yang sepenuhnya mengabdi pada kaum modal monopoli internasional, akibatnya warga Cina Benteng telah di rampas Hak atas Upah, Kerja, dan Tanahnya, dan telah diperlakukan diskriminatif.


Salam

Hentikan penggusuran dalam bentuk dan atas nama apapun …!!!
HENTIKAN PENGGUSURAN DALAM BENTUK DAN ATAS NAMA APAPUN....!!!

Jumat, 23 April 2010

Janji Setia Bunga Sakura

Janji Setia Bunga Sakura


Bunga sakura bisu seribu bahasa/
tapi langit masih biru/
semakin ke selatan menjemput salju yg hendak
turun dibulan ke delapan/
Itulah tutur sapanya yang setia sampai di penghujung malam...>>>>


depok, 21 April 2010
oleh : Kang Reody

Kamis, 22 April 2010

Kitalah Penguasa Negeri


Kitalah Penguasa Negeri


Disini bumi di pijak,
di sini langit di junjung
untuk negeri tercinta
untuk jutaan rakyat yang menderita
tangan diangkat tinju terkepal kelangit dengan teriakan lantang.
Kita lah penguasa Negeri
Rakyatlah Tuhan di Bumi Pertiwi.



Jakarta, 20 April 2010
oleh ; Kang Roedy