Selasa, 28 Desember 2010

dan kau pun tahu...

dan kau pun tahu...

Langit sepagi ini hujan dengan hiasan kicau burung/
kau pun tahu/
angin menyapu musim, petir menyapa tak gentar/
pada senja selintas, aku tak tahu masihkah kutemukan malam/

kamu adalah untaian mimpi itu/
dan kaupun tahu/
dalam jejak langkah sunyi-senyap semalam menatap hujan/
tiada bertanya tiada umpatan/
bulan bintang tak sanggup bertandang/

dan kau pun tahu/
pagi ini pasti ku temui daun dengan sapa embun pagi/
karena langit senja akan bermain dengan kaca-kaca/



kang reody, depok, 28 Des 2010 (05:45)

Dan Embun pagi itu adalah dirimu… Matahari tu adalah Aku

Dan Embun pagi itu adalah dirimu… Matahari tu adalah Aku

Sudah aku duga tentunya bisa juga kulihat-di setiap saat dan dimanapun embun pagi berada pasti banyak lelaki yang ingin menemani, seolah ingin memungut sisa-sisa pesonamu, mereka berlomba-lomba menarik perhatian sang embun pagi, menggoda dengan sejuta pesona, diantara mereka ada yang berusaha memenangkan cinta dalam penyamaran adapula berterus-terang dalam "ketelanjangan"... mereka hendak berusaha menawan hati embun pagi itu.

…. Dan Embun pagi itu adalah dirimu…….


Sejak pertama kali aku mengenalmu, melihat pancaran cahaya keindahan itu, jiwaku langsung bergetar...Kurasakan keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan jiwaku...tiada yang melintas dalam anganku selain keindahan mata cinta dan tiada suara yang lebih merdu daripada suara cinta...

Saat menatap wajahmu , seolah ribuan kata ingin keluar dari bibirku, namun apalah daya bibir tak mampu bergerak untuk melukiskan keagungan cinta. Nyala api asmara dalam hatiku semakin lama semakin berkobar, kebiasaanku kini jadi bertambah melamun, memikirkanmu, merindukan yang tak terbatas segala tentangmu...
Kulihat dirimu berdiri disenja samar, menatap langit pucat dan mengubah warnanya dengan mata yang memancarkan indahnya pengetahuan. Sepasang mata itu telah membangkitkan dan membimbing begitu banyak impian indah dalam diriku.

--dan kini akulah pemenangnya, matahari itu adalah aku.


Tiada keindahan yang dapat mewakilkan , kecuali indahnya sajak-sajak termanis yang tercipta itu, yang bisa dibandingkan dengan keindahanmu. Dirimu adalah embun pagiku yang terus menyapa dan menyejukanku setiap saat hasrat nya untuk berabad-abad lamanya./


kang roedy, Depok, 28 Desember 2010

Senin, 27 Desember 2010

Sepenggal Kisah .....

sepenggal kisah.....

Perkenalan singkat tiga bulan telah berlalu, banyak cerita yang sudah tercurah diantara kami berdua, dari hal-hal kecil remeh temeh sampai perdebatan yang membosankan untuk soal-soal kehidupan dan pekerjaan. Delapan bulan lagi kami berdua akan bertemu, janji ini di ikat bersama untuk menuntaskan hasrat yang selama ini telah menggunung.

Aku tahu hidupnya tidak lurus dan enteng, banyak kisah berat dan pilu yang tersimpan dalam dadanya, namun aku salut karena dia sanggup menyimpan semua beban itu dengan rapat dan dalam-dalam untuk orang lain. Dia nikmati sendiri penderiataanya, dia nikmati sendiri kegelisahannya, dia nikmati sendiri duka laranya bahkan dia kadang lupa siapa dirinya sebenarnya.

Perkenalan dan Perdebatan-perdebatan serta perhatian kasih sayangnya sangat Menyentuh jiwaku sehingga mampu hapuskan gelisah, sehingga aku selalu berhasrat ingin hidupku selalu dalam kasih NYA.

di Siang Bersandingkan awan hitam, aku masih terus melayang, apakah gerangan mencari tumpahan cintamu? atau sekedar mengenang kisah lama untuk ridho dan Kasih sejatiNYA.


Kang roedy, depok, 27 Des 2010

Rinduku pada Embun pagi….

Rinduku pada Embun pagi….


Pagi ini burung-burung berkicau dalam sejuknya hembusan angin pagi/dan tiba-tiba aku rindu pada bunga-bunga, pada senyuman, pada embun pagi yang bening yang selalu setia menunggu matahari/aku semakin rindu sebuah percakapan, aku semakin rindu jejak kita yang tak pernah sempurna/

Jika kau benar-benar mengerti akan cinta kasih sayangku,/Jangan kau berlari sembunyi dan ditutup semua pintu dan jendela ini/Jangan pula kau simpan rapat terlalu dalam penggalan kisah lama itu/Sebab aku akan datang bersama cinta dan kasih sayangku yang juga telah lama membeku, berpetualang menemukan kesejatiannya/kini kupastikan untuk singgah di pelukmu untuk berlabuh di dermaga kasih sejatimu/ demikian juga aku yang percaya kepada mu semakin bergetar tiada waktu melupakan bayang-bayangmu/uraikan saja semua penggalan lama itu dalam setiap percakapan kita, dalam setiap pergumulan kita di pagi yang hampir tiba/aku semakin rindu embun pagi yang selalu setia menanti mata hari tiba/ Embun pagi itu selalu menyapa dengan bening dan sejuknya/dia setia hadir lebih awal dari matahari/akupun semakin rindu percakapan untuk ajari aku memahami cinta dan mengarungi jalan kehidupan/ dalam rumah kaca, dalam hiasan seribu bunga kita berjalan menuju keabadian cinta/kita telusuri dan ikuti karena kita akan melakukan tugas dengan sebaik-baiknya/ mengeja cinta menelusuri jejak dalam peristiwa seribu doa di subuh penghabisan dalam ikatan kekal ke abadian/aku semakin rindu percakapan, aku semakin rindu embun pagi/.


Kang roedy, depok 27 Des 2010

Jumat, 24 September 2010

MENGUNCI JEJAK

setiap senja selalu ada matahari terbenam, aku berjalan mengunci jejak untuk menemukan MU di senja nanti/


Kamis, 23 September 2010

Pidato Ho Chi Minh 16 Agustus 1945

Vietnam 16 Agustus 1945 berkumpul ratusan ribu Rakyat dilapangan besar di kota Hanoi untuk mendengarkan pidato dari Ho Chi Minh yang mewakili dari Vietminh (Front Pembebasan Nasional) tdk lama kemudian paman Ho berpidato dgn cukup pendek tapi dengan arahan yang cukup tegas:

"Kepada saudara2 ku beberapa hari yang lalu jepang sudah mengaku kalah kepada sekutu dan menyatakan bahwa perang pasific sdh berakhir, itu berarti kekuasaan politik dan militer jepang sudah berakhir dan itu juga berarti kekuasaan fasis jepang di tanah air kita sdh berakhir dan jepang sdh tidak punya kekuasaan lagi di negeri ini oleh karena itu saya himbau kepada seluruh Rakyat Vietnam yang ada diseantero negeri untuk mensita dan mengambil alih semua gedung2 pemerintahan, perkebunan, tambang2 dan seluruh hak milik kepunyaan jepang serta Rakyat juga harus merebut dan mengambil alih gudang2 senjata milik jepang, senjata2 itu akan kita gunakan untuk mempertahankan republik ini jika suatu saat nanti ada pihak yang kembali untuk menjajah negeri ini!!! Saya himbau kepada seluruh Rakyat Vietnam saat ini untuk melakukan pemberontakan bersenjata di seluruh negeri!!! Merdeka... Merdeka!!!

Perayaan Sebulan Proklamasi: Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Pada 19 September 1945, dihelat rapat raksasa di lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta)—kini lapangan luas di pojok timur Monas—untuk menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia. Meskipun hanya berlangsung beberapa menit, namun prosesnya cukup panjang. Inti dari perhelatan rapat raksasa di lapangan merupakan akumulasi kekecewaan pemuda atas sikap pemimpin Indonesia yang tidak segera merebut kekuasaan dari Jepang. Padahal mereka siap melakukan hal itu, karena mereka adalah anggota pasukan militer bentukan Jepang. Mereka juga kecewa karena presiden tidak segera membentuk kesatuan tentara.

Untuk menyusun tatanan negara (mencakup Undang-Undang Dasar, pembagian wilayah administratif, pembentukan kementerian-kementerian, alat negara (polisi dan tentara), PPKI mengadakan rapat selama bulan Agustus 1945. Namun, di dalam rapat-rapat PPKI tidak membahas perebutan kekuasaan.

Karena itu, pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, ketika Presiden dan Wakil Presiden hendak pulang, mereka diminta menghadiri rapat para pemuda yang diadakan di Jalan Prapatan 10. Kedua pemimpin negara itu memenuhi permintaan tersebut. Rapat dipimpin Adam Malik.

Selain Presiden dan Wakil Presiden, rapat itu dihadiri pula Mr. Kasman, Ki Hajar Dewantara, dan Sutan Syahrir. Para pemuda sangat mengharapkan agar perebutan kekuasaan dari tangan Jepang sesegera mungkin dan dilakukan secara kompak. Namun Presiden menyatakan perebutan kekuasaan tidak dapat dilakukan tergesa-gesa. Pertimbangannya bukan tidak menghargai dan bangga atas semangat juang para pemuda, tetapi untuk menghindari jatuhnya korban di pihak Indonesia. Saat itu, sebagian besar tentara Jepang masih memiliki persenjataan lengkap. Sebaliknya senjata yang dimiliki pihak Indonesia masih sangat terbatas, baik jumlah maupun kekuatannya.

Para pemuda menolak logika Presiden. Mereka berpendapat itu malah merugikan Indonesia di kancah Internasional. Demi menunjukkan kesungguh-sungguhan niat para pemuda membentuk tentara kebangsaan segera, Adam Malik membacakan dekrit lahirnya Tentara Republik Indonesia yang berasal dari bekas-bekas anggota Peta dan Heiho. Presiden dan Wakil Presiden memahami sikap pemuda, namun mereka belum dapat memutuskan pembentukan kesatuan tentara pada waktu itu.

Sementara itu, semangat juang para pemuda tidak dapat dibendung lagi. Sebagian mereka telah bergerak melawan tentara Jepang. Tujuannya merebut senjata guna perjuangan menegakkan kedaulatan Republik Indonesia. Sebagian lagi, dengan dipelopori Komite van Aksi Menteng 31—dengan tokoh pemuda antara lain Adam Malik, Sukarni, dan Chaerul Saleh—merencanakan untuk mengerahkan sejumlah besar massa untuk menghadiri rapat raksasa di Lapangan Ikada, dan mendesak Presiden berbicara di hadapan mereka.

Rencana para pemuda itu disampaikan kepada Presiden. Pada dasarnya, Presiden, Wakil Presiden, dan para menteri, setuju atas rencana tersebut. Namun, yang menjadi persoalan, pemerintah RI belum benar-benar mengetahui sikap tentara tentara Jepang terhadap bangsa Indonesia, setelah mereka menyerah kepada Sekutu. Seandainya tentara Jepang bersikap memusuhi, pasti akan terjadi malapetaka hebat yang menimpa rakyat.

Persoalan tersebut dibahas dalam Sidang Kabinet tanggal 18 September1945, bertempat di kediaman Presiden Sukarno (Jalan Pegangsaan Timur 56). Sidang berlangsung sampai dinihari tanggal 19 September, namun tidak ada keputusan. Karena itu, sidang dilanjutkan pukul 10.00 pagi di Lapangan Banteng Barat, dihadiri sejumlah pemimpin pemuda. Tak hanya itu, ribuan rakyat membanjiri Lapangan Ikada, walaupun lapangan itu dijaga sejumlah tentara Jepang bersenjata. Mereka ingin mendengarkan pidato Presiden.

Sebagian di antara mereka membawa bendera Merah Putih dan spanduk bertuliskan “Satoe Tanah Air, Satoe Bangsa, Satoe Tekad Tetap Merdeka”. Tiga orang wakil pemuda mengibarkan bendera Merah-Putih pada tiang bendera yang telah disediakan. Hal itu menunjukkan keberhasilan peranan para pemuda memrakarsai dukungan rakyat.

Mengetahui rakyat membanjir di Lapangan Ikada, tentara Jepang kemudian menjaganya. Sidang memutuskan bahwa para pemimpin negara harus datang ke Lapangan Ikada untuk menemui rakyat. Bila tidak, dikhawatirkan akan terjadi pertumpahan darah akibat bentrokan antara rakyat dengan tentara Jepang.

Dengan kendaraan mobil, Presiden dan Wakil Presiden datang ke Lapangan Ikada. Sebelum memasuki lapangan, mereka diperiksa komandan tentara Jepang yang menjaga tempat itu. Usai berdiskusi singkat, mereka masuk ke lapangan. Presiden Soekarno dikawal pemimpin pemuda dan laskar rakyat, berjalan menuju panggung yang telah disiapkan.

Suasana cukup mencekam selama beberapa waktu, Presiden tidak segera berpidato. Padahal pidato Presiden sangat dinanti-nantikan para pemuda dan rakyat. Memang Presiden tidak berpidato, ia hanya menyampaikan beberapa pesan singkat.

“Percayalah rakyat kepada Pemerintah RI. Kalau saudara-saudara memang percaya kepada Pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan Negara Republik Indonesia. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin.”

Rakyat mematuhi permintaan Presiden. Sekitar tengah hari, tanggal 19 September 1945, rakyat membubarkan diri meninggalkan Lapangan Ikada. Sehingga apa yang dikhawatirkan tidak terjadi.

Sumber: Lilih Prilian Ari Pranowo, Sejarah Revolusi Indonesia, Narasi: 2010.

Rabu, 01 September 2010

Nyai dalam Kekuasaan Patriarki

Nyai dalam Kekuasaan Patriarki
Nyai adalah mitra dagang. Tapi dalam sejarah kolonial, nyai adalah kelas terpinggirkan.

“HAMPIR setiap keluarga di Indies memiliki seorang nyai pada generasi sebelumnya, seorang nenek moyang pribumi,” tulis Reggie Baay di bagian akhir bukunya Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda. “Tapi masih ada beberapa orang yang tetap diam, seolah-olah kehadirannya memalukan.”

Putri Laurentien, istri Pangeran Constatijn –putra bungsu Ratu Beatrix yang kini memerintah Belanda, tak terkecuali. Darah Indo mengalir dari kakek buyutnya, Peter Schön, seorang kapten kapal, yang hidup dengan seorang nyai bernama Mankam, perempuan pribumi asal Bali. Menurut wartawan Theo Haerkens dalam artikel berjudul “Laurentien Staat Symbol voor Emancipatie Indo”, dimuat di situs http://gpdhome.typepad.com/boeken_royalblognl, status sebagai seorang nyai-lah yang membuat Mankam terbunuh pada 1830.

Nyai memiliki citra negatif, yang terutama dilanggengkan oleh karya sastra dan pandangan penguasa koloni atau kolonial masa itu. Padahal kebiasaan seorang lelaki asing mengambil perempuan pribumi bukan hal baru; ia sudah ada sebelum zaman prakolonial.

Dalam Being Dutch in The Indies Ulbe Bosma dan Remco Raben mencatat bahwa praktik itu tak bisa dilepaskan dari komunitas pedagang di kota-kota dagang besar di Asia seperti Malaka dan Ayyuthaya. Di Ayyuthaya, sejak abad ke-17, muncul permukiman pendatang sesuai daerah asal mereka: Gujarat, Coromandel, Pegu, Malaka, Jawa, China, Jepang, Portugis, Prancis, dan Belanda. Raja Thailand saat itu membiarkan mereka menerapkan aturan dan hukum mereka di wilayah masing-masing. Terciptalah sistem pemisahan yang oleh Bosma dan Raben disebut legal pluralism.

Lazim bagi para pedagang mengambil perempuan lokal sebagai mitra atau teman hidup. Ikatan ini biasanya bersifat sementara; hanya bertahan selama si lelaki tinggal di sana. Tapi, selain memperkenalkan kebiasaan lokal kepada pasangan, para perempuan itu punya peran vital dalam proses perdagangan –biasanya bertindak sebagai perantara. Banyak dari mereka juga pedagang. Di masa awal Asia modern, keturunan mereka seringkali memegang posisi penting di kota-kota itu.

Inilah yang membedakannya dari VOC, dan kemudian pemerintah kolonial Belanda, yang secara perlahan menurunkan status “nyai” dan anak-anaknya. Penguasa menggunakan nyai atau pergundikan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah kolonial itu sendiri, tulis Ann Stoler dalam “Carnal Knowledge and Imperial Power”, yang masuk antologi The Gender/ Sexuality Reader: Culture, History, Political Economy karya Roger N. Lancaster dan Micaela di Leonardo.

Meski tak terang-terangan, hidup tanpa ikatan dengan seorang perempuan pribumi dianjurkan. Buku panduan bagi para calon pegawai perkebunan yang akan dikirim ke Tonkin, Sumatra, dan Malaya mendorong para lelaki segera mencari seorang “pelayan sekaligus teman tidur” sebagai cara tercepat untuk beradaptasi. Hidup bersama seorang nyai akan mengajarkan adat, kebiasaan, dan bahasa setempat. Ini terutama terjadi ketika budidaya tanaman ekspor meledak pada 1870.

Rene Maunier dalam Sociologie Coloniale, yang dikutip Leonard Blusse, Persekutuan Aneh, menulis bahwa pergundikan dalam banyak kasus adalah sebuah bentuk perbudakan, hubungan antara orang yang mendominasi dan yang didominasi. Ia sebuah relasi yang bersifat seksual antara sang penakluk dan yang ditaklukkan.

Berbagai panggilan merendahkan diberikan masyarakat Eropa kepada para nyai, mulai inlandse huishoudster (pembantu rumah tangga), meubel (perabot), inventarrisstuk (barang inventaris), boek (buku), hingga woordenboek (kamus) karena nyai berfungsi sebagai penerjemah suami dan/atau tuan mereka. Priyayi Jawa, menurut Frances Gouda dalam Dutch Cultures Overseas, juga merendahkan gundik dan anak-anaknya: perempuan rendah dan kotor, menentang aturan kesopanan Jawa, digerakkan nafsu birahi, tak bermoral, menjual kehormatan demi kekayaan, pelacur, dan lain-lain.

Secara hukum, seorang nyai tak terlindungi. Lelaki Belanda dengan mudah bisa memutuskan ikatan dan si nyai harus keluar dari “rumah tangganya”. Seorang nyai juga tak punya hak atas anak-anaknya dan tak bisa menuntut perwalian –sekalipun suaminya meninggal dunia. Anak-anak dari perkawinan itu juga menerima citra yang sama: percampuran ras mengumpulkan sifat-sifat terburuk dari kedua ras sehingga selalu menghasilkan karakter yang lemah.

Antara 1890 dan 1920 jumlah lelaki Eropa yang bermigrasi ke Hindia meningkat 200 persen, sedangkan perempuannya 300 persen. Kedatangan perempuan Eropa secara besar-besaran mengurangi simpati terhadap kawin campur. Menurut Ann Stoler, pada1920-an jajaran elit kolonial juga merasa perlu menegaskan lagi kriteria kelas-kelas masyarakat. Dari sisi politis mereka merasa prostitusi jauh lebih aman, dan kembali mendorong pernikahan sesama kulit putih sebagai cara menggantikan fenomena nyai dan pergundikan.

Para Eropa totok membentuk lapisan atas masyarakat sementara para Indo makin gelisah dan malu dengan darah pribumi mereka. Lelaki yang hidup bersama nyai melakukannya secara diam-diam. Mereka tak akan makan bersama nyai mereka di meja makan, juga tak akan muncul di beranda depan, tempat yang kelihatan oleh umum. Nyai disalahkan karena lelaki Eropa makin hidup seperti inlander, dan menjauhkan lelaki Eropa dari jalan yang benar.

Pada 1925, sedikitnya lebih dari seperempat perkawinan resmi di Hindia adalah perkawinan campuran. Bahkan, sebagaimana ditulis Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya, terlihat beberapa perkawinan antara lelaki Indonesia dan perempuan Eropa. Contoh terbaik adalah Dr Soetomo yang menikah dengan seorang janda berkebangsaan Belanda dan Sjahrir yang menikahi Maria Duchateau. Jumlah perkawinan campuran mencapai 150.000 menjelang kemerdekaan.

Pascakemerdekaan, keluarga campuran dihadapkan pada pilihan untuk melakukan repatriasi ke Negeri Belanda. Bagi seorang nyai, ini sebuah dilema: berpisah dengan keluarga inti atau meninggalkan tanah airnya. Yang mengambil pilihan pertama harus kehilangan kontak dengan anak-anak Eurasia mereka, sementara yang mengambil pilihan kedua harus siap menempuh hidup baru di sebuah masyarakat yang sama sekali asing bagi mereka. Banyak bekas nyai yang memilih ke Belanda kemudian hidup dalam keterasingan. Akibatnya banyak keturunan Indo yang tak paham asal-usul mereka, yang menurut Reggie Baay adalah pantulan dari gambaran negatif seorang nyai yang masih bertahan hingga kini. [VIFI]

sumber : http://www.majalah-historia.com/majalah/historia/berita-308-nyai-dalam-kekuasaan-patriarki.html/

Jumat, 27 Agustus 2010

Tentang Tunjangan Hari Raya (THR)

Tentang Tunjangan Hari Raya (THR)


Masalah pelaksanaan THR di Indonesia
Setiap menjelang Lebaran Idul Fitry kaum buruh di Indonesia selalu dihadapkan dengan permasalahan tentang pelaksanaan THR, beberapa pertanyaan yang sering muncul di kalangan kaum buruh adalah: tentang apa itu THR, berapa seharusnya jumlah THR yang berhak diterima oleh buruh dan bagaimana cara mendapatkannya dari majikan pengusaha).

Sangat ironis apabila, sampai saat ini masih banyak kaum buruh di Indonesia yang belum memahami betul soal tersebut. Padahal seperti kita ketahui bersama bahwa masalah ini sering kali muncul hampir tiap tahun menjelang hari raya Idul fitri dan menimbulkan berbagai macam persoalan khususnya dikalangan buruh karena memang masih banyak kaum buruh yang tidak mendapatkan THR, atau apabila mendapatkannyapun tidak sesuai dengan apa yang semestinya menjadi haknya, sehingga lagi-lagi pihak buruhlah yang menjadi korban dan yang selalu saja dirugikan, masalah-masalah yang terjadi adalah masih banyak buruh yang menerima begitu saja (tidak sesuai aturan) besaran THR yang diberikan oleh majikan (perusahaan), bahkan dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan oleh pengusaha tidak sedikit kaum buruh yang sudah bekerja bertahun-tahun tetap saja tidak mendapatkan sama sekali hak atas THR. Padahal THR merupakan salah satu hak dasar/normatif buruh yang wajib diberikan oleh pengusaha sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan.

Hal ini selain dikarenakan kaum buruh kurang memahami secara lebih terang dan lengkap tentang masalah-masalah hak dasar/normatif (THR) yang semestinya didapat oleh buruh juga karena peranan pemerintah dalam hal ini DISNAKERTRANS yang kurang berfungsi dalam melakukan sosialisasi dan kontrol pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran pemberian THR terhadap buruhnya. sehingga suka tidak suka kaum buruh dipaksa untuk berjuang apabila menginginkan semua hak-haknya dapat terpenuhi dan diberikan oleh pengusaha.

Sampai saat ini pelaksanaan THR masih menggunakan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04/Men/1994. Menurut Peraturan Menteri (Permen) 04/1994, yang dimaksud THR adalah pendapatan pekerja yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja atau keluarganya menjelang hari raya keagamaan yang berupa uang atau bentuk lain. Banyak orang salah mengartikan bahwa THR merupakan pendapatan tambahan, sehingga orang menyebutnya dengan istilah "gaji ke-13". Padahal sebenarnya hak atas THR adalah hak yang seharusnya didapatkan buruh atas hasil kerjanya selama satu tahun. Hak ini kongkrit menjadi tuntutan kebutuhan hidup kaum buruh beserta keluarganya ditengah situasi ekonomi yang semakin terpuruk saat ini, dimana satu sisi harga-harga kebutuhan pokok rakyat yang semakin tinggi sedangkan sisi yang lain upah buruh yang masih sangat minim/rendah, lihat saja 45 item komponen dalam konsep penyusunan upah misalnya selain hanya dihitung berdasarkan kebutuhan hidup minimum bagi buruh lajang juga tidak ada komponen kebutuhan hidup buruh untuk mendapatkan tunjangan/biaya dalam menjalankan ibadah dimana salah satunya adalah merayakan Hari Raya Keagamaan. Sehingga sudah semestinya kaum buruh mendapatkan hak atas Tunjangan Hari Raya (THR).

Meskipun peraturan mengenai THR sudah ada akan tetapi pada kenyataannya buruh tidak secara otomatis mendapatkan apa yang semestinya menjadi haknya, karena pada kenyataan banyak para majikan (pengusaha) yang tidak memberikan hak atas THR kepada buruhnya sesuai dengan ketentuan. Banyak cara ditempuh oleh pihak pengusaha untuk mengindar dari kewajibannya untuk membayar THR, baik dengan cara terang-terangan dan terbuka maupun terselubung. Beberapa praktek yang umum dilakukan oleh pengusaha yang dapat kita simpulkan diantaranya adalah:

Pertama menggunakan alasan yang sangat lazim dan umum dilakukan oleh para pengusaha yaitu perusahaan tidak mampu memberikan THR sesuai ketentuan, sehingga dengan alasan tersebut pengusaha hanya memberikan THR atas dasar kemampuan dan kemauan dari pengusaha saja padahal semua majikan/pengusaha selama ini tidak pernah terbuka soal keadaan perusahaan yang sebenarnya dan berapa keuntungan perusahaan dari proses produksinya selama ini, sehingga banyak buruh tidak mendapatkan THR sesuai ketentuan yang berlaku. Alasan tersebut sebenarnya adalah alasan yang tidak memiliki dasar sama sekali, karena memang sudah menjadi tabi’at dari semua pengusaha yang selalu mengatakan perusahaan rugi, dan tidak pernah menyampaikan kepada buruhnya apabila perusahaan mendapatkan untung besar. Watak ini sangat melekat pada diri pengusaha sejak jaman kelahirannya.

Kedua dengan cara menggunakan tenaga kerja buruh kontrak dan out sourcing sehingga dengan alasan status tersebut pengusaha tidak bersedia memberikan THR pada buruhnya meskipun sudah bekerja bertahun tahun bahkan puluhan tahun sekalipun, padahal Menurut Pasal 2 Permen 04/1994, pengusaha wajib membayar buruh yang sudah bekerja secara berturut-turut selama 3 bulan atau lebih. Peraturan ini tidak membedakan status buruh, apakah buruh tetap, buruh kontrak, ataupun buruh paruh waktu. Asal seorang buruh telah bekerja selama 3 bulan berturut-turut, maka ia berhak atas THR. Sekalipun sudah ada aturan namun pada kenyataannya mayoritas pengusaha tidak bersedia tunduk pada aturan tersebut sehingga aturan hanya sebatas aturan belaka. Dan apabila buruh mulai memahami haknya tersebut dan berusaha mendapatkan haknya maka pengusaha segera memutus sementara kontrak kerjanya sebelum masa pemberian THR dan segera membuat kontrak baru sesudah hari raya. Semua itu pada intinya adalah upaya dari para pengusaha agar terhindar dari kewajibannya membayar THR.

Ketiga cara yang paling keji dilakukan oleh para pengusaha agar terhindar dari kewajiban membayar THR sesuai ketentuan adalah dengan memanfaatkan ketidaktahuan buruh masalah hak THR yaitu dengan mengelabuhi buruh berlagak layaknya orang yang baik hati dan dermawan dengan memberikan hadiah hari raya berupa pemberian bingkisan pakaian, makanan/buah-buahan dan sedikit uang, padahal apabila dihitung total peberian hadiah hari raya tersebut ternyata kurang bahkan jauh dari ketentuan yang seharusnya didapat oleh buruh.

Penjelasan singkat mengenai ketentuan THR di Indonesia

Siapa yang wajib membayar THR?
Menurut Permen 04/1994, setiap pengusaha wajib membayar THR. Peraturan perundang-undangan tidak mempersoalkan apakah seorang pengusaha itu perseorangan, memiliki perseroan terbatas, yayasan, atau perkumpulan. Pada intinya, setiap orang yang mempekerjakan orang lain dengan membayar upah wajib membayar THR.

Apa semua buruh berhak atas THR?
Menurut Pasal 2 Permen 04/1994, pengusaha wajib membayar buruh yang sudah bekerja secara berturut-turut selama 3 bulan atau lebih. Peraturan ini tidak membedakan status buruh, apakah buruh tetap, buruh kontrak, ataupun buruh paruh waktu. Asal seorang buruh telah bekerja selama 3 bulan berturut-turut, maka ia berhak mendapatkan THR.

Berikut ini beberapa paparan mengenai peraturan menteri tenagakerja dan transmigrasi yang mengatur soal THR.

Berapa Besar THR yang harus didapat buruh?
Bahwa besaran uang THR yang harus diterima seorang buruh sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Permen 04/1994 dengan rumus sebagai berikut.
1. Masa kerja 12 bulan atau lebih : 1 x upah sebulan. (upah pokok + Tunjangan tetap)
2. Masa kerja 3 - 12 bulan : jumlah bulan masa kerja x 1 bulan upah
12 bulan

Yang harus dicatat, ketentuan THR menurut Permen 04/1994 adalah ketentuan jumlah minimum. Apabila perusahaan memiliki aturan perusahaan, atau kesepakatan kerja bersama, atau kesepakatan kerja yang memuat ketentuan jumlah THR lebih dari ketentuan peraturan tersebut, maka jumlah yang lebih tinggi yang berlaku.

Sebaliknya, apabila ada ketentuan yang mengatur jumlah THR lebih kecil dari ketentuan yang diatur oleh peraturan tersebut, maka yang berlaku adalah ketentuan Permen 04/1994.

Sebagai contoh: A telah bekerja sebagai buruh kontrak di PT XYZ selama 5 bulan. Sebagai karyawan si A mendapat upah pokok Rp 2.000.000 ditambah tunjangan kesehatan Rp 200.000 dan tunjangan transportasi Rp 500.000. Maka A berhak mendapat THR sejumlah:

5 bulan
---------- x (Rp 2.000.000 + Rp 500.000 + Rp 200.000) = Rp 1.125.000,-
12 bulan

Kapan THR harus dibayarkan?
Menurut Permen 04/1994, THR harus dibayarkan paling lambat 7 hari sebelum hari raya keagamanaan si pekerja. Namun apabila ada kesepakatan antara pengusaha dan karyawan untuk menentukan hari lain pembayaran THR, hal itu dibolehkan. Untuk menhindari persoalan pemberian THR maka penting bagi kita untuk jauh-jauh hari minimal satu bulan sebelum waktu pelaksanaan THR sudah menyampaikan tuntutan tentang besaran THR yang harus diterima buruh dan memastikan waktu pelaksanaannya.

Bolehkah THR dalam bentuk barang?
Menurut Pasal 5 Permen 04/1994, THR bisa diberikan dalam bentuk selain uang dengan syarat sebagai berikut:
1. Harus ada kesepakatan antara pekerja dan pengusaha terlebih dahulu,
2. Nilai yang diberikan dalam bentuk non-tunai maksimal 25% dari seluruh nilai THR yang berhak diterima karyawan, dan
3. Barang tersebut selain minuman keras, obat-obatan, dan bahan obat, serta
4. Diberikan bersamaan pembayaran THR.

Bagaimana jika dipecat (PHK) sebelum Hari Raya?
Banyak perusahaan yang memecat (PHK) karyawannya sebelum Hari Raya atau membuat kontrak yang berakhir sebelum Hari Raya untuk menghindari kewajiban membayar THR. Namun sebenarnya Permen 04/1994 sudah mengantisipasi melalui Pasal 6 yang mengatur bahwa pekerja yang dipecat (PHK) maksimum 30 hari sebelum Hari Raya si pekerja, ia tetap berhak atas THR.

Sedangkan untuk buruh kontrak yang kontraknya berakhir paling lama 30 hari sebelum Hari Raya si pekerja, ia tidak berhak atas THR.

Bagaimana jika perusahaan tidak mampu?
Pasal 7 Permen 04/1994 menentukan, apabila pengusaha tidak mampu membayar THR boleh membayar THR lebih kecil dari ketentuan yang berlaku dengan syarat:
1. Mengajukan permohonan penyimpangan jumlah pembayaran THR kepada Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2. Pengajuan paling lambat 2 bulan sebelum Hari Raya karyawannya.
3. Mengenai jumlah THR yang wajib dibayarkan ditentukan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Bagaimana jika pengusaha melanggar ketentuan ini?
Menurut Pasal 8 Permen 04/1994, pengusaha yang melanggar ketentuan pembayaran THR diancam dengan hukuman baik pidana kurungan maupun denda.

Apa yang bisa dilakukan jika hak buruh atas THR dilanggar oleh pengusaha?
Jika hak atas THR selama ini dilanggar oleh pengusaha, maka buruh harus bisa segera mengkonsolidasikan seluruh buruh yang bekerja di pabrik dan membangun kekuatan dengan mendirikan serikat buruh apabila disitu belum ada serikat, jika sudah berdiri serikat maka para pimpinan serikat harus segera mengkonsolidasikan seluruh anggotanya dan mengajukan tuntutan bersama kepada pihak pengusaha. Dan apabila pengusaha tidak bersedia memenuhi tuntutan sebagaimana diatur dalam ketentuan berlaku maka serikat bisa membuat pengaduan pelanggaran hak normatif buruh kepada DISNAKER setempat sekaligus merancang aksi massa dengan cara mogok kerja, karena hanya dengan jalan itulah buruh dapat memaksa pengusaha memberikan haknya kaum buruh, sedangkan proses melalui jalur hukum adalah perjuangan sekunder yang juga penting dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat aksi massa yang dilancarkan.###

Minggu, 22 Agustus 2010

Titip Rindu

Titip Rindu

Seorang gadis jelita menyelinap dalam mimpi
Dengan senyum setangkai rindu
Dengan Indah lingkar mata tajam menatap
Akupun semakin beku sekujur terasa mati
“ bolehkah aku pegang ke dua tangan mu, bolehkah aku kecup kening mu, bolehkah aku titip rindu ini di hatimu”
Lalu dia menangis
Aku semakin tidak mengerti
“ jangan suka menipu diri, jangan larut dengan luka"
“ Ku titip rindu agar sepi tak lagi mencumbu"

Aku masih belum mengerti
Gadis jelita itu terus menyelinap dalam mimpi
Lalu di pergi dan menghilang.//



Kang roedy
Jakarta-cb, 14/8/2010

Jumat, 20 Agustus 2010

Umi ( Ibu)

Umi ( Ibu)

Aku sebesar ini karena mu
Aku berjalan sejauh ini karena mu
Umi, umi,…
Aku rindu,
Aku rindu padamu ..!!!



Kang roedy
Cempaka baru, 14 /8 /2010

Kamis, 19 Agustus 2010

Masih Tetap Ada di Hati

Masih Tetap Ada di Hati

Lupapun tak pernah terlintas apalagi lari meninggalkanmu
Masih disini, masih ada bersama semua kenangan perkenalan kita
Masih disini, masih ada bersama semilir angin getar amarah
Setiap saat hanya mampu berkata
Mungkin aku masih mampu untuk menulis tentang hati
Tentang gelora renjana teramat sangat
Inilah rasa yang terus berpacu tak tertahankan


Pagi ini aku ada terus menyapa
Ketika embun pucuk cemara terpaku bisu
Masih disini, Masih Aku simpan setangkup rindu
di bingkai resah membias sendu
lelah hati temani sepi, Aku tetap rindu pada mu


Kang Roedy
Depok, 12/8/2010

Selasa, 17 Agustus 2010

Di Hari Merdeka Yang Gundah

Di Hari Merdeka Yang Gundah


Hari ini Selasa, 17 Agustus 2010……
…. 65 tahun Indonesia telah merdeka
Setiap jalan setiap gang setiap rumah merah dan Putih berkibar
Setiap gedung, taman dan jembatan di hiasi pernak-pernik
Meriah sejagat di antara gelap nasib jutaan rakyat
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Meskipun yang nampak adalah wajah-wajah yang tidak pernah di kenalnya
Semua merangkai bunga diantara hujan yang mulai turun
Dimana semboyan dimana nyali
Kita telah berjanji untuk mengukir di dihati dan dada negeri


Hari ini, tanggal ini…..
….. 65 tahun negeri ini merdeka
Merdeka dengan ceceran darah dan air mata
Merdeka dengan dentuman meriam, runcingnya bambu dan tajamnya sebilah keris
Merdeka dengan hamparan bangkai jutaan nyawa
Merdeka dengan diplomasi yang sering ingkar janji
Merdeka dengan hangusnya kota dan rudaknya jalan-jalan
Merdeka dengan perjuangan dan Revolusi rakyat yang gagah berani


Setiap tanggal Kemerdekaan,
Setiap hari Telah berkali dan juta yang berjanji
Atas nama cinta pada nusa dan bangsa
Yang berjuta-juta nyawa berdarah tercecer
Yang berjuta-juta rupa papa tak berdaya
Yang berjuta-juta jiwa di jual di perbudak di negeri orang
Yang berjuta-juta generasi tak bisa sekolah dan tak punya rumah


Setiap tanggal Kemerdekaan,
Setiap hari Telah berkali dan berjuta yang berjanji
Atas nama cinta pada nusa dan bangsa
Atas nama kemerdekaan negeri tercinta Indonesia
Terpaksa harus berkata mesti penuh dengan peluh dan rasa takut
"Bangunlah badannya, ... bangunlah jiwanya ..."
“Merdeka Ini untuk siapa dan siapa yang merdeka”


Bangunlah jiwanya… bangunlah badanya …
Kenapa berjuta-juta rakyat terus menderita
Susah sandang, susah pangan susah papan
Padahal negeri ini subur dan kaya-raya
Semuanya membisikkan kisah diantara kematian dalam senyum yang kian hidup
Semuanya telah di gadaikan di pundak para kapitalis monopoli asing
Semuanya telah dikuasi tuan jahat pemangsa segala
Tinggalah kita menikmati segala bencana
Dalam meriahnya pesta istana para penguasa komprador


Bangunlah jiwanya… bangunlah badanya …
Dimana semboyan dimana nyali
Meski gundah kian kuat menerpa diri
Kita telah berjanji untuk mengukir di dihati dan dada negeri


Kang roedy
Jakarta-Depok: 17/8/2010

Jumat, 13 Agustus 2010

Nabi Muhammad Pembebas Kaum Tertindas

Nabi Muhammad Pembebas Kaum Tertindas

Banyak orang mengira bahwa tugas dakwah sudah berakhir setelah khotbah di masjid, setelah khotib menyuruh orang berbuat baik, setelah melarang yang munkar, dan setelah menerangkan bab sholat, thaharah atau bab nikah.

Selama ini, pengajian-pengajian dianggap sudah berhasil, kalau masjid sudah penuh dengan pengunjung, atau ketika jama’ah setempat menikmati tema-tema agama yang dibawakan oleh seorang ustadz, bahkan ikut terpingkal-pingkal karena guyonan khas sang ustadz walau tak jarang isi dari ceramah tersebut hilang bersamaan dengan banyolan-banyolannya. Pada saat yang sama, ada sebagian orang yang rela menghabiskan waktunya untuk mengais sampah-sampah dan rela berbaur dengan lingkungan kotor, kasar dan tidak bersahabat. Ada juga yang mengerang kesakitan sambil memegang perut menantikan sesuap nasi setelah sabar menunggu selama 2 hari. Mereka adalah orang-orang yang lemah atau kaum mustadh’ifin.Islam, oleh banyak penulis sejarah, bukan saja dianggap sebagai agama baru, melainkan juga sebagai suatu kekuatan pembebas umat manusia. Segi inilah yang menyebabkan islam, dahulu, begitu cepat menyebar di Indonesia, padahal pada waktu itu masyarakat Indonesia ditindas oleh sekelompok kaum raja dan feodal. Pada waktu itu, rakyat harus membayar upeti kepada raja-raja; bahkan harus membanting tulang bagi mereka. Islam datang, melalui daerah-daerah pantai, mengajarkan persamaan dan pembebasan. Lalu orang-orang pun berpaling kepada agama baru ini. Di India, karena alasan itu juga, diberitakan bahwa ribuan, bahkan jutaan orang India dari kalangan kasta terendah di India berbondong-bondong masuk islam. Sehingga hal ini sempat membuat pusing politik India, sehingga terjadilah pembunuhan besar-besaran terhadap kelompok islam.

Kaum yang berlabel mustadh’afin ini tampaknya menemukan angin segar tatkala cahaya hidayah merengkuh mereka. Mereka menemukan keadilan dan perhatian yang lebih dalam agama islam. Maka tidak heran Rasulullah saw ketika beliau berada di mekah hanya beberapa orang saja dari kelompoknya yang berasal dari orang-orang kaya. Selebihnya puluhan berasal dari kalangan orang-orang miskin. Malahan, yang paling dahulu masuk islam, kebanyakan dari kelompok orang-orang yang tidak diakui status sosialnya ini, seperti orang-orang gembel, budak-budak beliau, dan sebagiannya.

Ini karena Rasulullah selalu berpihak kepada kelompok-kelompok lemah. Rasulullah pun menasihatkan supaya para pewarisnya dalam hal ini para ulama supaya selalu berada di tengah-tengah kelompok dhu’afa dan mustadhafin. Bahkan dalam beberapa kitab siroh disebutkan bahwa nabi tidak segan-segan berbaur dengan kehidupan mereka sehingga kaum miskin yang saat itu mendominasi mekah akhirnya berbondong-bondong mengikuti jalan nabi agung ini. Pada waktu yang sama Qur’an berbicara tentang kewajiban membebaskan kaum mustadafin, menyantuni anak yatim fuqara dan masakin, membela budak-budak belian, para tawanan dan siapa saja orang malang yang bergelimang debu.

Dalam islam, Tuhan muncul tidak di belakang para raja, tetapi disamping mereka yang tertindas. “Dan kami wariskan kepada kaum yang tertindas seluruh timur bumi dan seluruh baratnya yang kami berkati “( QS. Al A’raf : 137 ). Oleh karena itu allah menjamin doa para orang-orang tertindas mustajab. Lalu apakah yang dilakukan nabi Muhammad untuk membebaskan kelompok masyarakat tertindas ini ? Nabi muhammad melanjutkan risalah nabi-nabi terdahulu risalah nabi Musa yang menyelematkan kaum mustadhafin dari cengkeraman fir’aun dan risalah Isa as yang menggembirakan kaum fuqara dan masakin.

Nabi membangkitkan harga diri fuqara dan masakin, sebab mereka adalah kelompok masyarakat yang paling sering direndahkan, dicaci, dan dimaki. Untuk menumbuhkan harga diri kaum muslimin dhu’afa ini, Rasulullah memilih hidup di tengah para hamba sahaya dan orang miskin. Ia digelari abul masakin. Kepada sahabat-sahabatnya yang menanyakan tempat yang paling baik untuk menemuinya, beliau menjawab :” Carilah aku di antara orang-orang yang lemah di antara kamu. Carilah aku di tengah-tengah kelompok kecil di antara kamu”. Pada suatu kali, sahabat rasulullah menemukan beliau sedang memperbaiki sandal anak yatim, lain kali beliau terlihat menjahit baju seorang janda tua yang sama dengan hamba sahaya.

Sebagai pemimpin orang kecil, sebagai pembebas kaum dhu’afa. Rasulullah memilih hidup seperti mereka. Ia hidup sederhana. Karena ia tahu, sebagian besar sahabatnya masih menderita. Ditahannya rasa lapar berhari-hari, karena ia mengerti bahwa sebagian sahabatnya juga sering mengalami kelaparan. Ia tidur di atas tikar kasar yang dianyamnya dengan tangan sendiri, dan sering tampak pada pipinya bekas-bekas tikar itu. Inilah kepemimpinan Rasulullah. Beliau tak hanya memilih menjadi pemimpin yang membebaskan manusia dari pembudakan kepada berhala menuju penghambaan kepada Allah ta’ala, melainkan juga membebaskan manusia menuju tauhidul ummah, menuju kesatuan umat yang berdasarkan keadilan dan persamaan.

Saat ini, ketika kita sering terpukau oleh kemewahan dunia, tatkala orang miskin berteriak menunggu pembelanya, kita membutuhkan pemimpin semacam Rasulullah. Pemimpin islam ialah pemimpin yang memihak rakyat kecil, bukan pemimpin yang elitis. Pemimpin umat islam ialah mereka yang memilih hidup sederhana, karena tahu bahwa sebagian umat islam yang lain masih hidup dalam kepapaan. Gerakan kebangkitan islam seharusnya tak hanya menyemarakkan masjid, melainkan juga menggembirakan dhuafa dan fuqara. Rasulullah bersabda “ Bila masyarakat sudah membenci orang-orang miskin, dan menonjol-nonjolkan kehidupan dunia, serta rakus dalam mengumpulkan harta, maka mereka akan ditimpa empat bencana : zaman yang berat, pemimpin yang lalim, penegak hukum yang khianat, dan musuh yang mengancam”. Dari sabda rasullullah ini, kita dapat belajar bahwa munculnya kesulitan ekonomi, banyaknya pemimpin yang lalim, timbulnya pengkhianatan oleh penegak hukum, dan pekanya Negara akan gangguan luar, adalah disebabkan oleh diabaikannya nasib orang-orang miskin dan kegilaan menumpuk-numpuk kekayaan. Semoga Allah melepaskan kita dari semua itu. ##

Rabu, 11 Agustus 2010

Harus nya tidak didera kesedihan

Harus nya tidak didera Kesedihan

Awalnya saya memastikan dia perempuan jelita
Melangkahkan kaki tertata rapi, hati-hati pada semua karya
Senja temui diri saat yang paling sepi
Hitam rambutnya tergerai
Wangi kasturi semerbak menggoda

Di senja sejenak menarik nafas panjang
asap putih pelan membumbung
bibir merah delima, senyum terus dikulum
ucapnya sekedar penghangat untuk menyambut malam
yang sebentar lagi hujan menyiram

malam ini harusnya dia menggunakan jas beludru
yang di belinya di pasar loak
yang tua , kotor dan koyak
ujarnya ini sekedar pelepas rindu
karena tak cukup uang untuk pergi ke binatu

di tepi jalan bacalah wajahku pada langit muram
di penghujung tahun di deras kesedihan temaram
aku lah.. akulah dia terus ber ujar
yang lewat terperanjat, bergumam entah apa yang di ucap terus menghajar
begitu, dan terus begitu yang dia lakukan.


Kang reody
Jakarta , 11/8/2010

300 Halaman Kesaksian Kosong

300 Halaman Kesaksian Kosong
: Harry roesli














"Ajari aku main gitar. Gitar tanpa senar..."

Aku tak pernah bisa main gitar. Aku selalu kagum
kepada siapa saja yang pandai memadukan
kelihaian tangan: yang kanan memetik senar, yang
kiri memencet ruang bar, lalu mengalun suara yang
bukan sekedar gencreng-gencreng, bukan hingar-bingar.

Aku ini sebenarnya cuma gelandangan. Maka, karena aku
tahu kau orang yang tidak pernah mencumakan anak-anak
yang dilahirkan dan hidup di jalanan, kepadamu aku minta
diajari main gitar. Gitar tanpa senar. Aku mau menyanyi,
lagu Garuda Pancasila, dan negeri yang belum maju-maju.

"Ajari aku main teater. Teater tanpa skenario..."

Aku percaya pada kejujuran lakonanmu. Sementara,
begitu sempurna sandiwara dimainkan di negeri ini.
Aku percaya pada niat tulus pertunjukanmu. Meskipun,
begitu banyak sutradara gadungan yang tak pernah
berhenti curiga dan menakut-nakuti kami para penontonmu.
Aku sabar menunggu pelajaran di depan kelas panggungmu. Walau, banyak guru palsu yang merasa paling pintar
membodohi kami murid-murid negeri sakit ini.

"Ajari aku menulis kesaksian. 300 halaman tanpa tulisan..."

Agar aku kelak bisa mengisi halaman-halaman kosong itu.
Sehalaman pun jadi, sehuruf pun semoga ia berarti.

Masih selalu ada Rindu

Masih selalu ada Rindu

hendak kemana..??
disini masih ada pesta
ga usah lah banyak berdusta
tak usah sedu sedan gitu
sebab benci dendam tak berlaku

biarkan semua jadi biru
biarkan semuanya sendu
katamu tak pernah ragu padaku
karena rasa rindu ini masih saja selalu ada untuk mu


kang roedy
Jakarta, 11/8/10

Ibu Nggak Punya Duit Nak!

Kalimat ini begitu sering terdengar oleh telinga kita, saat kita masih kecil.

KALIMAT ini begitu sering terdengar oleh telinga kita, saat kita masih kecil dan sering merengek untuk dibelikan sesuatu oleh ibu.

Mungkin juga kita yang kini sudah menjadi orang tua sering menuturkannya, saat anak mengiba dengan wajah memelas dan tiada daya bagi kita untuk meluluskan keinginannya karena memang benar kita gak punya duit.

Sebagai orang tua tentu ingin kita memberi. Memberi apa saja yang anak inginkan, apalagi bila kita tahu bahwa apa yang diinginkan adalah hal bermanfaat untuknya.

Kalimat itulah yang diucapkan oleh Kasinem, seorang ibu berusia lebih dari 40 tahun, kepada anaknya yang memilih kuliah di Universitas Indonesia, Depok.

Dalam keterbatasan penghasilan yang ia dapatkan sebagai seorang cleaning service di sebuah rumah sakit Jakarta, ditambah hidup tanpa suami, itu semua tidak membuat Kasinem menjadi 'melempem'. Ia begitu yakin bahwa Allah Swt menjamin kehidupan setiap hamba-Nya.

Buktinya kini masih ia dikaruniai seorang anak bernama Bagas yang cerdas dan lulus UMPTN pada dua universitas pilihannya. Yang pertama di STAN dan kedua pada fakultas teknik Universitas Indonesia.

Tentu Kasinem amat bersyukur mendengar kabar anaknya lulus ujian. Sebab keterbatasan penghasilan, Kasinem menganjurkan agar Bagas mengambil kuliah di STAN yang bebas biaya. Namun Bagas malah tertarik pada bidang teknik yang memang digemarinya.

Maka di malam itulah Kasinem dan putranya berdiskusi untuk menentukan pilihan. "Kamu pilih kuliah di STAN saja ya nak..." terdengar suara Kasinem membujuk.

"Kuliah di sana gak pakai bayar, kamu khan tahu penghasilan ibu. Untuk kamu sekolah di SMU saja ibu sudah ngos-ngosan, apalagi kalau harus bayar uang kuliahmu..." kalimat demi kalimat meluncur dari mulut Kasinem seraya berharap putranya mau menuruti nasehat."Tapi aku gak suka akunting, bu! Aku lebih suka bidang teknik.

STAN itu aku pilih sebab ibu menyuruhku memilihnya." demikian jawab Bagas. "Tapi ibu gak punya duit untuk membayarnya. Darimana kita bisa dapat uang kuliahmu?" sergah Kasinem sekali lagi. "Kalau memang ibu tidak sanggup, Bagas sudah gede. Bagas sanggup cari kerja untuk membiayai kuliah...!" ego anak beranjak dewasa muncul dari mulut Bagas.

Di sana ada keseriusan terpancar dari mimik wajahnya. Hal ini tidak membuat Kasinem tersinggung, malah dalam hati ia akan memperkuat jalinan karang muda yang kini mulai berani menantang gelombang hidup. "Aku akan membantumu nak sekuat tenagaku!" batin Kasinem.

27 juta rupiah dana yang harus disiapkan oleh Kasinem dan Bagas untuk masuk fakultas teknik UI Depok. Dalam hitungan kurang dari dua minggu mereka harus siapkan jumlah tersebut yang terbilang besar bagi mereka.

Segala ikhtiar lahir & batin telah mereka tempuh, terutama pada malam hari mereka senantiasa bertahajjud dan bermunajat kepada Allah, Dzat Yang Maha Mendengar. Semakin dekat hari pendaftaran kuliah dan pembayaran uang pangkal, maka hati Kasinem & Bagas semakin berdebar-debar. Bila itu yang mereka rasakan, maka semakin giat mereka bermunajat kepada Allah Swt.

Dialah Allah SWT Yang Mampu mengabulkan setiap permintaan hamba-Nya.... Kasinem amat mengerti itu! Lagipula ia sudah tidak punya lagi tempat bersandar. Ia pulangkan semua kegelisahan itu kepada Sang Khalik Swt.

Semakin giat dan tekun ia beribadah kepada Allah Swt, apalagi ibadah malam. Tidak satupun malam yang ia lewatkan tanpa berdiri, rukuk, sujud dan mengadu kepada Tuhannya. Tak lupa ia selalu membangunkan Bagas anaknya untuk shalat malam bersama.

Sungguh, doa pada sepertiga malam terakhir tidak akan tertolak....
Inilah do'a yang kerap mereka baca kepada Allah Swt di malam hari:
Yaa Hayyu Yaa Qayyum birahmatika nastaghits... Aslih sya'nana kullahu wa la takilna ila anfusina tharfata ainin

Wahai Dzat Yang Maha Hidup & Berdiri, dengan rahmat-Mu kami memohon pertolongan... Perbaikilah segala kondisi hidup kami. Jangan Engkau biarkan kami hanya bersandar pada diri sendiri meski hanya sekejap mata.

Hari pembayaran uang pangkal semakin dekat. Kebimbanagan di hati Kasinem & Bagas semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya datanglah seorang tetangga yang membutuhkan pertolongan Kasinem untuk mengerjakan suatu pekerjaan di rumahnya.
Saat Kasinem membantunya di rumah tetangga tersebut, maka sampailah pembicaraan mereka berdua tentang kelanjutan sekolah Bagas.

Tetangga ini tahu bahwa Bagas adalah anak yang baik, cerdas, shaleh dan suka membuat orang lain jadi senang. Saat pertanyaan meluncur dari mulut tetangganya, tiba-tiba air mata Kasinem mengembang.

Tak kuasa ia bercerita kepada tetangganya bahwa saat ini dirinya dalam kegamangan sebab kemungkinan tidak dapat membiayai Bagas untuk kuliah. Kasinem hanya bertutur tanpa sedikitpun berharap agar tetangganya itu mau membantunya.

Namun siapa yang pernah menyangka, bila Allah sudah berkenan memberikan pertolongan lalu membukakan hati seorang hamba-Nya yang lain untuk membantu saudaranya yang kesusahan.

Tiba-tiba tetangga itu memeluk Kasinem. Ia coba merasakan kesulitan yang tengah dihadapinya. Tetangga itu turut meneteskan air mata. Usai puas berpelukan, maka tetangga tersebut menyuruh Kasinem untuk menunggu sebentar.

Ia pun masuk ke dalam kamar. Tak lama ia keluar lagi sambil menjinjing sebuah amplop. Lalu amplop itu diserahkan kepada Kasinem seraya berujar, "Pakailah uang ini untuk kuliah Bagas. Ini adalah tabunganku, suamiku pun tak tahu. Pesanku..., tolong rahasiakan hal ini jangan sampai seorang pun tahu!"

Kasinem ingin sekali menolak bantuan itu sebab malu, namun ia tahu waktu hanya tersisa sedikit untuk mencari dana sebesar itu. Tiba-tiba ia merasa bahwa inilah ijabah do'a dari Allah Swt untuknya dan Bagas.

Sekali lagi Kasinem memeluk tetangganya dan ia pun tak henti-hentinya berucap terima kasih kepada tetangganya yang baik hati.

Hari pendaftaran telah tiba. Bagas anak cerdas & sholih itu, kini sudah dapat menimba ilmu di fakultas teknik Universitas Indonesia.

Siapa yang mengira bahwa seorang anak cleaning service bisa kuliah dengan biaya semahal itu. Dialah Allah Yang telah menentukan. Saat Dia berfirman jadi, maka jadilah...! (Maryadie)##

Hitam-Putih Rambut Gimbal

Rambut gimbal awalnya identik dengan spiritualitas. Ia lalu jadi simbol pemberontakan dan antikemapanan, sebelum luntur jadi sekadar tren fashion.

SELAIN musik, apa yang paling melekat dari sosok Bob Marley dan Mbah Surip? Rambut gimbal. Ya, rambut gimbal identik dengan kedua musisi reggae itu. Padahal lilitan rambut gimbal merentang jauh ke belakang.

Membiarkan rambut tumbuh memanjang tanpa perawatan hingga saling membelit dan membentuk gimbal merupakan praktik spiritual sejak ribuan abad lalu. Ia juga dihubungkan dengan semua agama besar dan agama lokal di dunia. Konon, sosok Tuntankhamen, Firaun dari Mesir Kuno, memelihara rambut gimbal. Dewa Shiwa dalam agama Hindu juga berambut gimbal. Sikh, Yahudi ortodoks, biarawan Buddha, darwis atau sufi dalam Islam diidentifikasi dengan rambut gimbal. Kaum Nazaret di Barat serta para penganut Yogi, Gyani, dan Tapsvi di India bahkan menjadikannya sebagai salah satu dari jalan spiritual untuk membebaskan diri dari alam duniawi yang fana.

Rambut yang melilit dan mengunci dipercaya dapat menahan energi tubuh yang keluar melalui ubun-ubun kepala dan rambut. Ingat kisah Samson si perkasa? Kekuatannya seketika menghilang ketika Delillah memotong tujuh helai rambutnya –jangan bandingkan dengan Samson ala Benyamin Sueb. Di Indonesia, di kawasan dataran tinggi Dieng, anak-anak yang terlahir dengan rambut gimbal dipercaya sebagai karunia atau anugerah dari para dewa. Ketika beranjak remaja, rambut gimbal mereka dipotong lewat upacara adat. Rambut mereka selanjutnya disucikan dengan air dari sumur Maerokoco di kompleks Candi Dieng, yang dipercaya akan mengembalikan rambut gimbal kepada pemiliknya, Nyai Ratu Kidul (penguasa Laut Selatan).

Rambut gimbal menjadi simbol politis ketika pada 1914 Marcus Garvey, yang kelak jadi pahlawan nasional pertama Jamaika, mendirikan The Universal Negro Improvement Association (UNIA). Dia mempelopori gagasan kebanggaan kulit hitam dan memperjuangkan gerakan “Back-to-Africa”. Dia juga memperkenalkan gerakan religius dan penyadaran identitas kulit hitam yang mengadopsi aspek spritualitas dalam Alkitab tapi menganggap Ras Tafari Makonnen –Kaisar Haile Selassie, raja dari Ethiopia pada 1930– sebagai mesiah. Dari sinilah kelak gerakan ini lebih dikenal dengan Rastafaria. Mereka menyebut diri sebagai kaum “dread” untuk menyatakan bahwa mereka memiliki rasa gentar dan hormat (dread) pada Tuhan. Gerakan inilah yang mempopulerkan istilah dreadlocks untuk tatanan rambut gimbal.

Pola hidup vegetarian dan membiarkan rambut tumbuh secara alami, tanpa dipotong, disisir atau ditata merupakan manifestasi dari keyakinan dalam menjalani kehidupan sealami mungkin. Gagasan alami itu juga terkait dengan penolakan terhadap definisi keindahan ala masyarakat kulit putih bahwa rambut gimbal kotor, berantakan, najis. Rambut gimbal pun tak hanya cara melihat keindahan melalui mata kulit hitam, tapi tentang menjadi lelaki atau perempuan Afrika yang penuh kebanggaan.

Rambut gimbal menjadi ekspresi pemberontakan atau reaksi terhadap masyarakat kolonial di Jamaika ketika pada 1930-an Jamaika dilanda gejolak sosial dan politik. Pengikut Rastafaria yang tak puas dengan pemerintah melakukan perlawanan simbolik dengan tinggal di dalam tenda-tenda dan memelihara rambut gimbal.

"Rambut gimbal Rasta berevolusi selama 20 tahun sebagai gerakan Rastafaria," kata Profesor Horace Campbell dari Syracuse University dan penulis Rasta And Resistance, sebagaimana dikutip The Guardian, 23 Agustus 2003. "Rastafaria hidup dalam konteks kolonial [di Jamaika] yang ingin menggambarkan diri mereka berbeda dari orang-orang Eropa. Jadi mereka mengambil bentuk fisik yang mewakili identitas mereka dengan Afrika."

Popularitas rambut gimbal mencuat pada 1970-an ketika Robert Nesta Marley, atau lebih dikenal dengan Bob Marley, meluncurkan album Catch A Fire. Rastafaria menjadi gerakan dunia. Rambut gimbal juga menjadi tren dan ikon musik reggae. "Bob Marley ditransendensikan sebagai karakteristik radikal dari Rastafaria dan merangkul semua kebudayaan dan menjadi juru bicara gerakan itu," ujar Campbell.

Tapi rambut gimbal menghadapi tantangan. Menurut The Guardian, sejumlah sekolah menolak untuk mengajar anak-anak berambut gimbal. Para Rasta di penjara harus mencukur rambut. Mereka juga sulit mendapat pekerjaan. "Saya ingat saat berada di pusat lowongan kerja dan mereka menawarkan untuk memberi saya uang saku untuk potong rambut," kata penyair kenamaan Inggris yang juga seorang Rasta, Benjamin Zephaniah.

Ketika penata rambut Inggris Simon Forbes menangkap tren rambut gimbal dengan membuka sebuah salon bernama Antenna di Kensington, London, resistensi masih terjadi, terutama rambut gimbal putih. "Saya ingat Pete Burns dan kelompok musik Dead or Alive dipukuli oleh sekelompok anak-anak hitam di Liverpool dan merengut rambut gimbal mereka," katanya. Dia juga masih dituduh rekan-rekannya, kulit hitam maupun putih, merusak budaya kulit hitam.

Titik balik Rasta muncul bersamaan dengan sound system yang disebut Soul II Soul yang kerap dimainkan di acara pesta dan klub remaja di London. Mereka menjadi dikenal sebagai “Funki Dred”, merujuk rambut gimbal mereka yang rapi. Sejumlah artis, musisi rock, dan selebritas kemudian mulai bergaya ala Bob Marley seperti grup musik KoRn, Mike Bordi (drummer Faith No More), atau Jennifer Anniston dan Christina Aguilera. Di Indonesia juga banyak artis berambut gimbal seperti Mbah Surip, Tony Q, dan Steven and The Coconut Treaz.

Rambut gimbal sudah menjadi bagian dari fashion, yang menanggalkan simbol-simbol spiritualitas dan antikemapanan. Desainer kenamaan John Galliano dari Christian Dior mengadopsinya dalam gaya rambut dan koleksi pakaian, sepatu, dan aksesoris dengan nama Rasta. Salon-salon untuk rambut gimbal mulai tersedia.

Rambut gimbal kini bisa dimiliki setiap orang. Pemiliknya bukan lagi pemrotes tapi juga profesional. Ia tak lagi menjadi sebuah sikap, mentalitas, dan cara hidup.
[JAY AKBAR].majalah-historia.##

Kamis, 29 Juli 2010

SEHARI SAJA KAWAN

Sehari Saja Kawan

Satu kawan bawa tiga kawan
Masing-masing nggandeng lima kawan
Sudah berapa kita punya kawan?

Satu kawan bawa tiga kawan
Masing-masing nggandeng lima kawan
Kalau kita satu pabrik bayangkan kawan!

Kalau kita satu hati kawan
Satu tuntutan bersatu suara
Satu pabrik satu kekuatan
Kita tak mimpi kawan!

Kalau satu pabrik bersatu hati
Mogok dengan seratus poster
Tiga hari tiga malam
Kenapa tidak kawan

Kalau satu pabrik satu serikat buruh
Bersatu hati
Mogok bersama sepuluh daerah
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan

Sehari saja kawan
Kalau kita yang berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud kapas
Karena mesin pintal akan mati
Kapas akan tetap berwujud kapas
Tidak akan berwujud menjadi kain-kain
Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati

Juga jalan-jalan
Anak-anak tak pergi sekolah
Karena tak ada bis
Langitpun akan sunyi
Karena mesin pesawat terbang tak berputar
Karena lapangan terbang lumpuh mati

Sehari saja kawan
Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan!!

Wiji Thukul
12-11-94

Sama Rasa dan Sama Rata

Sama Rasa dan Sama Rata
Marco, Sinar Djawa Rebo 10 April 1918 no. 81.

Sair inillah dari pendjara,
Waktoe kami baroe dihoekoemnja,
Di-Weltevreden tempat tinggalnja,
Doea belas boelan poenja lama,

Ini boekan sair Indie Weerbaar,
Sair mana jang bisa mengantar,
Dalam boei jang tidak sebentar,
Membikin hatinja orang gentar,

Kami bersair boekan krontjongan,
Seperti si orang pelantjongan,
Mondar mandir kebingoengan,
Jaitoe pemoeda Semarangan,

Doeloe kita soeka krontjongan,
Tetapi sekarang soeka terbangan,
Dalam S.I. Semarang jang aman,
Bergerak keras ebeng-ebengan.

Ini sair nama; "Sama rasa"
"Dan Sama rata" itoelah njata,
Tapi boekan sair bangsanja,
Jang menghela kami dipendjara.

Didalam pendjara tidak enak,
Tertjere dengan istri dan anak,
Koempoel maling dan perampok banjak,
Seperti bangsanja si pengampak.

Tapi dia djoega bangsa orang,
Seperti manoesia jang memegang,
Koeasa dan harta benda orang,
Dengan berlakoe jang tidak terang.

Ada perampoek aloer dan kasar,
Djoega perampok ketjil dan besar,
Bertopeng beschaving dan terpeladjar,
Dengan berlakoe jang tidak terang.

Dia itoelah sama perampoeknja,
Minta orang dengan lakoe paksa,
Tidak mengingat kebangsaannja,
Bangsa manoesia didoenia.

Hal ini baik kami koentjikan,
Lain hal jang kami bitjarakan,
Perkara jang mesti difahamkan,
Dan akhirnja kita melakoekan.

Banjak orang jang mengetahoei,
Doea kali kami kena doeri,
Artikel wetboek jang menakoeti,
Djoega panasnja seperti api.

Kakik kami soeda sama loekak,
Kena doeri jang koeintjak-intjak,
Djoega palang-palang jang koedoepak,
Soedah ada sedikit terboekak.

Haraplah soedarakoe di tendang,
Semoea barang jang malang-malang,
Soepaja kita berdjalan senang,
Ketempat kita jang amat terang.

Boeat sebentar kami berhenti,
Didjalan perempat tempat kami,
Merasakan ketjapaian diri,
Sambil melihati djalan ini.

Djangan takoet kami poetoes hasa,
Merasakan kotoran doenia,
Seperti anak jang beloem oesia,
Dan beloem bangoen dari tidoernja.

Kami sampe didjalan perempat,
Kami berdjalan terlaloe tjepat,
Temen kita jang berdjalan lambat,
Ketinggal misih djaoeh amat.

Kami berniat berdjalan teroes,
Tetapi kami berasa aoes,
Adapoen penharapan ta’ poetoes,
Kaloe perloe boleh sampe mampoes.

Djalan jang koetoedjoe amat panas,
Banjak doeri poen anginnja keras,
Tali-tali mesti kami tatas,
Palang-palang djoega kami papas,

Soepaja djalannja SAMA RATA,
Jang berdjalan poen SAMA me RASA,
Enak dan senang bersama-sama,
Ja’toe: "Sama rasa, sama rata."


Sabtu, 15 Mei 2010

TADI MALAM

TADI MALAM

Semalam saya menyaksikan Mbak SiPon dan Fitri NgantiWani membacakan bait-bait syair puisi di temaram cahaya lampu/
Memanggil Wiji untuk kembali/
semuanya hening/
terkesimak/
tapi tidak tamak/
menggelegar di ujung/
yang pasti bangkit terus berjuang/
Terkenang Munir/
terkenang semua pejuang HAM dan Aktivis yang di hilangkan/


kang Roedy
Jakarta, 23 Juni 2009

Jumat, 14 Mei 2010

AKU RINDU IBU


Aku Rindu Ibu

Setiap pagi dan senja/
Setiap waktu detak nafasku/
Ibu aku rindu padamu/
Panjang jalanan pematang sawah yang memeras peluh bapakku/
Semuanya menyadarkan semakin tahu siapa diriku/
Riuh jalanan kota dalam bingkai megah supermarket/
Membuat semua orang jadi terpepet/
Padatnya pertokoan membocorkan tabungan ibuku/
dan sahabatku semakin ditenggelamkan waktu/



oleh : kang Roedy
Jaksel : 14 Mei 2010

Kamis, 13 Mei 2010

KEKASIH SEJATI

Kekasih Sejati


Kata-kata ini mungkin dapat bermanfaat buat kita, coba saja baca bait perbait dan kalimat perkalimatnya..>>>

Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi,
haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.
Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.
Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.
Saat bertemu penolongmu, Ingat untuk bersyukur padanya.
Karena ialah yang mengubah hidupmu.
Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,
Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih.
Karena dialah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.
Saat bertemu orang yang pernah kau benci, Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh/kuat.
Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu,
Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.
Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, Berkatilah dia.
Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia?
Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu,
Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu.
Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu,
Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.
Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup,
Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati.

Saat membaca artikel ini…..

Renungkanlah…. satu saat semua yang kita miliki harus dilepaskan, gengsi,
harga diri, kehormatan,takhta, harta. "Sedapat dapatnya kalau semua itu bergantung pada pilihan kita,
hiduplah damai dengan semua orang, saling mengasihi, dan berusahalah tuk trs membahagiakan mereka"

(artikel ini di ambil dari milist tetangga... heheeeeeeeeeeeeeeeee))))))

Rabu, 28 April 2010

CINA BENTENG

CINA BENTENG

Pada Selasa, 13/04/2010 detikNews merilis berita soal rencana Pemerintah Kota Tangerang yang akan menggusur Kawasan Cina Benteng di Kota Tengerang dengan alasan penertiban kawasan bantaran sungai. Padahal, mereka telah menghuni kawasan tersebut sejak abad ke 17 dan telah berasimilasi dengan penduduk setempat selama berabad-abad.

Dengan membaca berita tersebut, saya menjadi tertarik lagi untuk mengetahui soal Cina Benteng, yang sejak saya duduk di bangku Sekola Dasar (SD) sudah sering mendengar sebutan tersebut, dan seiring perkembangan terutama sejak saya pergi merantau dan sering mondar mandir, Depok, Tangerang, Bogor Tangerang, Jakarta Tangerang jadi semakin sering dan ramah dengan kata Cina Benteng (heheee….. sekalian promosi, kebetulan sekarang saya tinggal di Kota Depok).

Cina Benteng,…!!! Bagi penduduk Tangerang bahkan Jakarta, tentu sebutan Cina Benteng sudah tidak asing lagi. Sebab orang seperti saya saja yang asalnya jauh dari Tangerang dan Jakarta sudah sering mendengar sebutan tersebut. Sebab jika ditelisik dari sejarahnya Cina Benteng sejak abad ke 17 sekitar tahun 1.600-an sejak Jakarta masih disebut Jayakarta warga asal tionghoa ini telah bermukim di kawasan tersebut, dan tempat inilah (Cina Benteng) jadi saksi tumbuh kembangnya Jayakarta, Batavia dan menjadi Jakarta sekarang. Sehingga Kota Tangerang dikenal dengan istilah China Benteng, yaitu Mereka adalah warga etnis Tionghoa yang merupakan keturunan imigran China Hokkian


Keunikan Yang Ada

Di wilayah Cina Benteng, Selain rumah dan pemukiman yang khas, mereka pun kerap berdoa bersama di Wihara Maha Bodhi/Tjong Tek Bio, Wihara bersejarah yang telah berdiri sejak tahun 1837. Kondisi kerukunan hidup beragama Cina Benteng adalah 'monumen hidup' keberagaman dan toleransi Indonesia. Di tempat tersebut dijumpai tiga tempat ibadah dari tiga agama berbeda, yakni Budha/Taoisme/Khonghuncu dengan klentengnya, Islam dengan mushola dan taman pendidikan Al-Qur’an serta Kristen dengan gerejanya.

Dalam sepanjang sejarah Cina Benteng "Tidak pernah terjadi konflik yang disebabkan latar belakang agama. Persatuan antarumat beragama bukan sekedar omong kosong, hal ini telah teruji ketika kerusuhan Mei 1998, warga Cina Benteng bisa melaluinya dengan aman,"

Hal lainnya dari hasil penelusuran dan berbagai media yang merilisnya, Akibat dari proses asimilasi dan akulturasi, warga Cina Benteng sebenarnya telah terasing dari bahasa ibu mereka. Hal ini terbukti bahwa yang dapat berbahasa Cina kini tinggal sedikit. Mereka lebih terbiasa menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Betawi sebagai bahasa sehari-hari.

Meski demikian mayoritas dari mereka tetap taat terhadap agama leluhur mereka, yakni Khonghucu, Budha, Taoisme atau Tridharma. "Kekayaan sejarah dan keberagaman ini bahkan pernah diangkat melalui fim Ca Bau Kan, setting maupun tokoh dalam film tersebut diadopsi dari kondisi warga Cina Benteng,

Dan Sungguh pemandangan yang istimewa, di tengah permukiman pinggir kali warga China Benteng terselip sebuah pondok yang merawat warga yang terganggu mentalnya. Pondok itu memiliki nama Rumah Pemulihan Pondok Sejahtera. Di pondok khusus pria ini terdapat 12 orang pasien. Mereka tak hanya berasal dari wilayah Tangerang, tetapi juga dari luar Provinsi Banten.

Sayang, peninggalan 'sejarah hidup' dan berbagai keunikan tersebut akan segera musnah. Sebabnya Pemkot telah melayangkan berkali-kali surat perintah bongkar. Surat yang terakhir yaitu Surat Pemberitahuan ke-III No. 648/48-Tramtib/I/10 tertanggal 22 Januari 2010 (detiknews 13/042010), seribuan warga Cina Benteng yang tinggal di Kampung Lebak Wangi, Kelurahan Mekar Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang akan diusir paksa oleh Pemkot Kota Tengerang, Banten dari rumahnya. Maka dipastikan sebanyak 350 KK atau 1.007 jiwa yang terdiri dari 477 perempuan, 339 anak-anak, 129 laki-laki serta 12 orang penderita keterbelakangan mental terancam kehilangan tempat tinggalnya. Padahal mereka telah melalui proses panjang asimilasi dan akulturasi yang menghasilkan sumbangan besar terhadap kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia.

Tari Cokek dan alunan musik Gambang Kromong merupakan dua dari banyak jenis kesenian hasil perjumpaan dua kebudayaan yang berbeda, tionghoa-betawi. "Pemerintah beralasan, rumah-rumah digusur karena melanggar Perda No 18 tahun 2000, tentang Keindahan, Ketertiban, dan Keamanan (K3) Kota Tangerang,"

Dan kini pertanyaannya menurut saya adalah "Apakah mereka yang telah menghuni berabad-abad harus diusir paksa?"

Dan selanjutnya juga apakah Penggusuran akan menyelesaikan masalah mengenai soal Keindahan, Ketertiban serta Keamanan Sebuah wilayah atau pemukiman.???

Sungguh sudah banyak pelajaran dan fakta-fakta otentik bahwa penggusuran adalah lebih banyak mudoratnya dari pada manfaatnya. Sehingga Jika rencana penggusuran ini tetap dilakukan, maka terjadi pelanggaran hak atas perumahan, dan tentu berdampak pula pada berkurangnya atau hilangnya hak atas kesehatan, pendidikan serta hak atas lingkungan yang sehat dan bersih dan yang jelas warga Cina Benteng telah jadi korban dari rezim komprador yang sepenuhnya mengabdi pada kaum modal monopoli internasional, akibatnya warga Cina Benteng telah di rampas Hak atas Upah, Kerja, dan Tanahnya, dan telah diperlakukan diskriminatif.


Salam

Hentikan penggusuran dalam bentuk dan atas nama apapun …!!!
HENTIKAN PENGGUSURAN DALAM BENTUK DAN ATAS NAMA APAPUN....!!!

Jumat, 23 April 2010

Janji Setia Bunga Sakura

Janji Setia Bunga Sakura


Bunga sakura bisu seribu bahasa/
tapi langit masih biru/
semakin ke selatan menjemput salju yg hendak
turun dibulan ke delapan/
Itulah tutur sapanya yang setia sampai di penghujung malam...>>>>


depok, 21 April 2010
oleh : Kang Reody

Kamis, 22 April 2010

Kitalah Penguasa Negeri


Kitalah Penguasa Negeri


Disini bumi di pijak,
di sini langit di junjung
untuk negeri tercinta
untuk jutaan rakyat yang menderita
tangan diangkat tinju terkepal kelangit dengan teriakan lantang.
Kita lah penguasa Negeri
Rakyatlah Tuhan di Bumi Pertiwi.



Jakarta, 20 April 2010
oleh ; Kang Roedy

Selasa, 16 Maret 2010

MENUNGGU MU

MENUNGGU MU

seperjalanan malam dalam janjimu
setibanya disini aku MENUNGGU mu
bersama Jazz dan SusuCoklat
angan melayang terus ku lukiskan rindu
kepadamu rindu ini TERCURAH
dan hanya padamu ku titipkan


sulit tapi terus mencoba
coba saja yang satu nya lagi
begitu sulit tapi akhirnya bisa


kenapa semuanya jadi begini
kenapa aku bisa membaca semua catatan malam ini
padahal aku tak pernah lelah jalani kisah
tapi entah, kenapa Sepi ini begitu tak tergantikan
malah jauh membawa pada separuh jiwa ini terasa hilang


Setibanya disini aku MENUNGGU mu
bersama Jazz dan SusuCoklat
pepes Ikan dan lalapan
Aku terus berjanji PADA SANG MALAM
dalam hati TERPATRI hingga jawaban itu benar-benar tiba



RTM, 16 Maret 2010
oleh: Kang Roedy

Minggu, 14 Maret 2010

Yang Sabar saja..

Yang Sabar Saja..


Ketika aku berkeluh kesah tentang perjalanan hidup dan soal siapa yang di tunjuk tuhan gusti Allah yang akan mendampingi aku hari ini dan untuk selamanya

kata-kata ini sering aku dengar "YANG SABAR SAJA"
dan aku selalu berkata :

insyaALLAH sabar itu masih setia menemani

dan telah aku torehkan janji

Aku akan Menunggu sampai waktunya JAWABAN itu tiba....



oleh : kang Roedy
LA; 14 Maret 2010

dari Aku sendiri untuk kamu


dari Aku sendiri untuk kamu



entah apa ini semua,berjuta pertanyaan trs bersemayam/
ada yang iseng terus dan katanya ini rahasia,tunggu saja saat nya tiba/
jadi apa yg sesungguhnya di mau -entahlah ini masih misteri/

ada yang marah tak terkendali menuduh ini dan itu--menyakitkan ya menjengkelkan/
apa sesungguhnyaa yang di kehendaki-- selalu begitu hingga begitu/

ada yang sulit di hubungi dan nyaris tak bisa berkomunikasi padahal dulu tuturnya selalu mesra
penuh cinta ----menjanjikan--- ya rasa cinta ini terus bergelora katanya semaki menajdi-jadi tidak seperti biasanya/
belum ada dan bahagia rasanya di perhatikan-- ah biasa kata itu sering di perdengarkan/
beda tanah beda bahasa lautan membentang jadi batasan/
jadi apa yg dia mau sesungguhnya dari aku, pengertian atau keputusan/

rasanya selalu begini, disaat begini disaat-saat ini/
yang hilang kini datang, yang jauh rasanya mulai mendekat, yang lama bisu kini mulai ramah bertanya --semua menyapa/
apa gerangan hendak di kata ini terjadi/

saat ini, ada juga yang baru dan dari munculnya hingga terus bersua, ramah tutur katanya meskipun jarang menyapa diawal/
tidak ada yang salah, ajuanku yg pertama telah di jawabnya--- berlanjut atau tidak berikan waktu untuk semua ini/
apa gerangan yang terjadi, misteri atau tipu diri/
jd apa yg dia mau dari aku yang terus berharap/----<<<


oleh : Kang roedy
RTM, 11 Maret 2010

Minggu, 21 Februari 2010

Perjuangan Dalam Hidup

Perjuangan Dalam Hidup

Di minggu lalu di tengah guyuran hujan di sudut Jakarta yang padat dengan hidangan Kopi panas yang hitam dan kental aku menyimak tuturan seorang kawan, yang selama ini aku anggap dia ga pernah ngerti agama dan juga gak pernah baca alquran (habis sejak aku kenal gak pernah lihat dia sholat). Tapi ungkapannya sungguh menghentakan semua prasangka anggapanku yang kacau dan tidak bermartabat. Dengan santai meluncur secara paseh kutifan beberapa hadist dan ayat-ayat alquran yang menjelaskan tentang apa perjuangan didalam konteks Islam. Kebetulan sore itu kita sedang ngobrol soal Perjuangan dari canda ampe serius, yang di mulai dengan perbincangan usaha 5 orang buruh di Jakarta Barat yang sudah lebih dari 2 tahun terus bertahan, dengan berbagai kesusahan dan intimidasi, mereka tetap bertahan, bahkan 2 dari 5 orang mengatakan "dia siap jika tidak mendapatkan apapun atas perjuangannya ini" – Ikhlas—tidak ada pamrih apapun, dan benar aku sendiri tidak pernah mendengar keluhan 2 kawan ini atas apa kesusahan yang dia tanggung. coba bayangkan saja selama 2 tahun tdk memiliki pendapatan, tinggal ngumpul bareng kawan-kawan lainnya di sekret (biasa saya nyebutnya Sekber = sekretariat bersama), kadang nemu makan kadang tidak, tp tidak pernah menolak jika di mintakan tolong untuk urusan pekerjaan apapun. Sungguh 2 orang kawan yang sangat luar biasa.

Meskipun aku rada sedikit tIdak percaya, bener ngak sih ini orang ngomong,(dalam hati gue gak yakin deh) ---- tapi beberapa hari kemudian,karena rasa penasaran itu aku kembali membaca beberap koleksi buku di rumah, dan coba membuka alQur'an yang ada terjemahannya -- untuk memastikan ocehan si teman aku tadi.---- setelah beberapa kali aku baca dan pahami ternya tidak sedikitpun melesat kutipannya soal Ayat-ayat Alquran dan hadist itu.

Dalam tuturan dia kira-kira begini, dan ini adalah ingatan ku jika dirangkum dari obrolan itu dan juga berdasarkan bacaan-bacaan yang aq temukan dengan pendekataan ke agamaan --ISLAM--

perjuangan dalam hidup ----------Dalam Alqur'an , perjuangan disebut dengan term jihad .Kata jihad dalam berbagai kata bentukannya disebut sebanyak 41 kali tersebar dalam 19 ayat. Sebagian turun di Makkah dan sebagian di Madinah. Secara lughawi, jihad mengandung arti memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan atau segala sesuatu yang disanggupinya. Kata jihad, bisa berarti perjuangan dalam bentuk perang melawan musuh, bisa juga berarti bekerja keras non perang. Dari akar kata jihad inilah kemudian ada kalimat ijtihad, yakni kerja keras secara intelektual, berjuang secara intelektual dan mujahadah an nafs, kerja keras secara ruhaniah , perjuangan spiritual.

Sedangkan dalam hadis Nabi, kata jihad juga digunakan dalam kontek perjuangan spiritual ibadah haji, .Perintah jihad ada yang ditujukan kepada pribadi (mukhatab mufrad) dan kebanyakan ditujukan kepada kelompok (mukhatab jamak).. Perintah jihad juga ada yang disebut obyeknya, tetapi lebih banyak yang tidak menyebut obyeknya. Yang disebut justeru maknanya, yaitu jihad di jalan Alloh SWT, fisabililah. Kaidah penafsiran mengajarkan bahwa jika suatu kata kerja transitip disebutkan dalam suatu ayat tanpa disertai penyebutan obyeknya, maka obyek kata kerja itu bersifat umum.

Dengan demikian maka obyek jihad bukan hanya musuh dalam peperangan ,tetapi segala hal yang tercakup dalam kalimat fisabilillah. Misalnya memberi makan fakir miskin, membebaskan perbudakan (al Balad; 13-16) Dengan demikian maka jihad tidak mesti menggunakan senjata, tetapi bisa juga pena atau lisan. Dalam konteks ini, guru yang dengan kesejahteraan minimal tetapi optimal dalam mencerdaskan generasi bangsa adalah pejuang atau mujahidin, pekerja sosial yang bergelut mempertaruhkan segala kemampuannya untuk membantu mengangkat martabat masyarakat sesunguhnya adalah juga mujahidin atau pejuang.

Ciri pejuang adalah gigih berpegang teguh kepada prinsip yang dianut meski beresiko mati. Nah orang yang tengah berjuang kemudian mati dalam perjuangannya disebut mati syahid (arti syahid = saksi), maknanya kematian itu menjadi saksi atas kegigihan usahanya, dan itu merupakan taruhan dari kehormatannya. Untuk orang-orang terhormat, kata Nabi hanya ada dua pilihan; `isy kariman aw mut syahidan,hiduplah secara mulia atau mati sebagai syahid.


salam perjuangan

Jumat, 19 Februari 2010

Rindu Pada Warna Biru

Rindu Pada Warna Biru

Meskipun Aku ini masih lemah, tapi Aku masih ada disini, untuk sebuah hari yang terus Aku nantikan/
Aku bener-bener rindu pada warna Biru dan pantulan jingga di malam purnama/

Oleh : Kang roedy
Srengseng Sawah, 19 Peb 2010

Selasa, 16 Februari 2010

Sajak ini untuk Kucing kembarku

Sajak ini untuk Kucing kembarku

Sajak ini untuk Kucing kembarku/
Yang baru tiba di rumah istimewa/
Karena kehadiranmu bertambah warna untuk gembira/
karena mu cintaku seputih awan seterang rembulan/


oleh : Kang roedy
Depok 16 Peb 2010

Sabtu, 30 Januari 2010

SKB Lima Menteri Mengorbankan Buruh?

SKB Lima Menteri: Mengorbankan Buruh?

Dua bulan sudah berlaku Surat Keputusan Bersama SKB Lima Menteri soal pengalihan kegiatan usaha di akhir pekan. Yang paling kena dampak SKB ini adalah para buruh. Selain tidak mendapat uang lembur, mereka juga mengeluhkan kurangnya waktu bersama keluarga. Bagaimana cerita para buruh? Bagaimana pula evaluasi terhadap pelaksanaan SKB Lima Menteri tersebut?

Roslan terpaksa mengubah jadwal hidupnya setelah keluar SKB Lima Menteri September lalu. buruh.jpgIa tak lagi bisa melakukan berbagai kegiatan di hari Minggu. Biasanya, warga Bekasi Jawa Barat ini menemani anak tunggalnya beribadah ke gereja. Kini tak bisa lagi. Ia harus bekerja di hari Minggu, setelah SKB Lima Menteri keluar. Tak cuma Minggu, tapi juga Sabtu.

Roslan: Biasanya saya yang bawa dia ke gereja. Kalau saya masuk, ya terpaksa anak saya saya titip sama orang. Tolong bawa anak saya ke gereja. Sebetulnya kan kewajiban kita, kalau hari Minggu bawa anak ke gereja. Soalnya dia sudah terdaftar di sana. Kan ada absen tiap Minggu. Kalau dia tidak dibawa, terpaksa bolos. Setiap tahun kan dihitung, berapa alpanya. Kenapa dia enggak masuk

Roslan bekerja sebagai buruh jahit di sebuah pabrik garmen di Jakarta Utara. Pertengahan September lalu, perusahaan tempatnya bekerja mulai melaksanakan SKB Lima Menteri. Produksi dialihkan dari hari biasa ke akhir pekan. Seluruh buruh perusahaan harus bekerja pada hari Minggu. Tak ada uang lembur. Alasannya, ini melaksanakan aturan pemerintah. Hari libur pun dialihkan ke hari biasa.


Waktu kerja
Roslan mengeluh, bukan saja karena ia tidak bisa beribadah di hari Minggu. Ia pun kekurangan waktu bersama keluarga.

Roslan: Itu buat keluarga saja. Buat keluarga, nyuci, masak. Tapi sekarang nggak bisa lagi. Soalnya Minggu masuk.

Ketika Sabtu-Minggu masih libur, Roslan menghabiskan waktu bersosialisasi dengan tetangga. Seperti ikut arisan ibu-ibu. Atau berjalan-jalan bersama keluarga. Tapi kini tak bisa lagi.

Sudah dua tahun Roslan memburuh dengan waktu kerja delapan jam, per hari dan enam hari seminggu. Pada hari kerja, ia masuk pukul setengah tujuh pagi, hingga pukul tiga sore. Bila ada lembur pada hari Sabtu, jam kerja bisa sampai pukul lima sore.

Tapi dengan Sabtu-Minggu kerja, Roslan kecewa karena tak ada uang lembur. Kalau dihitung-hitung, ia bisa mengantongi tambahan Rp. 70 ribu per hari. Tanpa uang tambahan, pemasukan sangat pas-pasan.

Roslan: Ya tekorlah, transport berapa? Dua kali naik mobil, berarti pulang balik empat kali naik mobil. Pulang pergi berapa? Sekali naik tiga ribu, bolak balik jadi 12 ribu. Belum makan saya. Kalau hari minggu itu enggak ada yang jualan, kan? Terpaksa saya makan bakso atau makan apa, bisa 15 ribu saya makannya, kan? Ya sudah tidak bisa masuk lagi. Yang kita dapat hari ini cukup buat ongkos doang, sama makan. Buat yang di rumah sudah tidak ada lagi.

Roslan lantas mengadu ke Gabungan Serikat Buruh Independen di Jakarta Selatan. Organisasi ini mengadvokasi beberapa perusahaan skala menengah di kawasan Jakarta.


Upah lembur
Pengaduan serupa juga datang dari Siti Malika, seorang buruh asal Cakung, Jakarta Timur. Ia mengaku kekurangan waktu bersama keluarga di akhir pekan, terutama bagi anaknya yang jauh di Purwakarta. Malika bekerja sebagai buruh pabrik tekstil di Jakarta Timur.

Malika: Pulang kerja mungkin bisa langsung pulang ke kampung, biasa nengokin anak, sorenya dari sini. Tapi dengan hari Minggu masuk, jadi tidak bisa lagi menjenguk anak.

Malika sedikit lebih beruntung dari Roslan. Perusahaan tempatnya bekerja mau membayar upah lembur, saat mengalihkan hari kerja dari hari biasa ke hari Minggu. Maklum, para buruh mengancam tidak masuk kerja bila tidak ada lembur.

Malika: Kayak kemarin itu, hari Minggu masuk. Kami mengancam, tidak mau masuk. Akhirnya bikin kesepakatan hari Minggu dijadiin lembur. Itu mau diberlakukan, cuman ketika mau diberlakukan kami menolak. Tapi kalau setiap mau diberlakukan capek juga negosiasinya. Karena patokan pengusaha ya, itu, SKB Lima Menteri. Jadi rugilah, buat pengusaha juga rugi, sepertinya ya, karena ya, itu, aturan ini disendat-sendat. Kalau dari serikatnya tetep, minta diperhitungkan lembur. Kalau misalkan enggak lembur ya pulang setengah satu.

Rudi HB Daman, Koordinator Gabungan Serikat Buruh Independen, mengatakan telah menerima banyak pengaduan dari buruh yang mengeluhkan hal serupa. Menurut Rudi, kaum buruh sebetulnya menolak SKB Lima Menteri. Pasalnya tidak ada kompensasi, seperti uang lembur. Tapi, kalau menolak bekerja, bisa-bisa mereka diPHK.

Rudi HB Daman: Dengan diberlakukannya SKB Lima Menteri justru akan banyak perusahaan yang akan tutup. Di situ kan disebutkan kalau tidak memberlakukan SKB akan dikenai sanksi pencabutan listrik. Kedua, akan menambah besar jumlah PHK kaum buruh. Ketiga, buruh makin miskin karena pendapatan berkurang. Mereka masuk hari Minggu sedangkan upahnya murah. Secara umum, dalam pandangan kita, diberlakukannya SKB Lima Menteri ini semakin mengintensifkan penindasan dan penghisapan dan membuat semakin miskin, terutama ada kaum buruh.

Keluhan para buruh, kata Rudi, juga tak melulu soal tidak adanya uang lembur. Ada hal lain yang lebih penting, misalnya meningkatkan kualitas hidup. Sekadar istirahat, menenangkan pikiran dan tenaga, bersama-sama dengan anggota keluarga lain yang juga libur di akhir pekan. Itu yang hilang, kata Rudi.

Rudi HB Daman: Ini tidak bisa dilihat semata-mata finansial. Memang tidak ada hukum yang mengharuskan hari libur adalah Minggu. Tapi ini kan sudah menjadi kebiasaan nasional dan internasional, bahkan di dalam konvensi ILO juga ada, itu harus mempertimbangkan keumuman dan kebiasaan. Ini kan sudah menjadi kebiasaan.


Kerja Sabtu dan Minggu
Sudah hampir dua bulan SKB Lima Menteri soal pengalihan hari kerja ini berlaku. Bagaimana evaluasinya?

Krisis listrik memaksa pemerintah jumpalitan mengurangi kurangnya pasokan listrik. Salah satunya, mengalihkan beban puncak listrik selama hari kerja, ke akhir pekan. Beban puncak listrik maksudnya adalah pemakaian listrik yang paling banyak kalangan dunia usaha. Ini umumnya terjadi di hari kerja, karena Sabtu-Minggu biasanya perusahaan libur.

Meski menuai pro-kontra, SKB Lima Menteri melenggang. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, SKB akan dilaksanakan bertahap. Tahap pertama dilakukan industri besar, yang menggunakan banyak energinya, tapi pekerjanya sedikit. Industri menengah dan usaha kecil ada di antrian berikutnya.

Jusuf Kalla: Karena itu industri dipindahkan ke situ, 10 persen tiap hari. Artinya, pabrik kalau hari kerjanya 24, itu hanya 2,5 hari, satu bulan. Jadi yang dipindahkan itu hanya 2,5 hari sebulan, tidak tiap minggu. Hanya gilirannya. Jadi kalau punya pabrik, pokoknya dua hari atau tiga hari satu bulan pindah kerja ke Minggu, tidak tiap Minggu.Mungkin ini sekali seminggu aja.

Dengan SKB Lima Menteri, sektor industri Jawa-Bali wajib mengalihkan waktu kerja pada hari libur. Tujuannya mengatasi ketidakseimbangan pasokan listrik PLN dengan kebutuhan listrik industri. Kalau itu dilakukan, tak perlu ada lagi pemadaman listrik.

Teknisnya begini. Tiap daerah dibagi dalam beberapa kluster, yang masing-masing terdiri dari lima sampai 10 industri. Nah, tiap kluster akan bergiliran mengalihkan satu hari kerja, dari Senin sampai Jumat, ke akhir pekan. Begitu seterusnya.

Deputi Direktur PLN untuk Distribusi wilayah Jawa-Bali, Adnyana mengatakan, sampai Oktober, sudah 3000 perusahaan melalihkan hari kerjanya. Ini sudah hampir 90 persen dari yang ditargetkan. Dampaknya sudah terlihat. Pemakaian listrik menurun.

Adnyana: Jelas, ada pengaruhnya. Dari sistem Jawa-Bali, sudah kelihatan ada penurunan pemakaian listrik sekitar 150 megawatt rata-rata. Kadang sampai 200 megawatt, pada hari kerja. Itu sangat membantu PLN untuk mencegah kekurangan pasokan di sistem Jawa Bali. Pada awalnya diprediksi sampai 600 megawatt, tapi ternyata realisasi hanya 150 megawatt. Ini sudah cukup banyak membantu.

Adnyana mengaku, masih ada saja perusahaan yang belum melaksanakan SKB Lima Menteri. Tapi sejauh ini tak ada yang kena sanksi pemadaman listrik.

Adnyana: Kami pendekatannya bukan sanksi, walau pun di SKB Lima Menteri itu PLN diberi kewenangan untuk memutuskan sementara. Karena di pelanggan itu masih ada masalah yang harus diselesaikan. Tapi kalau sudah berulang-ulang pendekatan, ajakan, mereka tetap tidak mau ya kita berikan sanksi. Kalau yang mematuhi, ada insentifnya, kalau terpaksa ada pemadaman maka mereka tidak diprioritaskan untuk dipadamkan. Tapi bagi yang tidak mematuhi, ya diprioritaskan akan kena pemadaman.

Tapi data lain berasal dari Asosiasi Pengusaha Indonesia APINDO Kota Tangerang, Banten. Gatot Purwanto, Ketua Asosiasi mengatakan, SKB Lima Menteri belum dilaksanakan dengan baik. Buktinya, belum sampai 10 persen dari total 1800 industri yang menjalani aturan tersebut. Asosiasi mencatat, kerugian perusahaan bisa mencapai Rp. 1 milyar per hari, kalau melaksanakan SKB tersebut. Kata Gatot, aturan main SKB tak jelas.

Gatot Purwanto: Pada waktu mau dilaksanakan, dilihat memberatkan, karena belum jelas. Ada juga perusahaan yang mengarah ke lebih baik. Kalau industri yang mengarah ke tidak baik, itu justru lebih senang dengan SKB. Kalau yang mengarah ke lebih baik itu kontraproduktif. Ada industri yang sedang baik, tapi mereka harus mengikuti pemadaman. Mengalihkan itu kan harus kompromi dengan serikat buruh. Buruh juga tidak mau dirugikan. Dari segi ekonomis, perusahaan juga harus berhubungan dengan perpajakan, perbankan, pelanggaran, bagaimana kalau saat itu terjadi pengalihan kerja ke akhir pekan/pemadaman?

Kata Gatot, andaikata ada sosialisasi dan penjelasan cukup, SKB Lima Menteri bisa dilaksanakan dengan baik. Tapi, justru itulah yang tak ada.


Sumber : http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/arsipaktua/indonesia060905/skb_lima_menteri20081106-redirected

Tim Liputan KBR68H melaporkan untuk Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum.
Laporan KBR68H [06-11-2008]