Kamis, 27 Januari 2011

RISAU TAK BERTUAN


RISAU TAK BERTUAN

gadis perawan bibir telanjang
rebahkan badan dikursi goyang
gelora renjana harum telaga
embun pagi pecah dengan senyum pilu
pacu waktu tak tertahankan
rindukan jemari segera berpadu

gadis perawan bibir telanjang
begitu bernafsu mendaratkan sajak di keningmu
tak bergerak risau tak bertuan
menunggu angin antarkan pulang
dalam tawanan cinta diseberang jalan

###


kang reody, Jkt, 27:01:2011 (01:25)



Senin, 24 Januari 2011

CINTA YANG TINGGALKAN SEPI


CINTA YANG TINGGALKAN SEPI


langit terasa runtuh
bumi pun terbelah
laut cintalah benamkan aku
hingga tak mampu lagi menahan air mata
kini aku benar-benar mati
tersesat di terang sepanjang waktu
di siang nestapaku
gelap malam kelam deritaku
kini aku hanyalah onggok sunyi
dalam serakan debu jalanan yg sepi
tiada gairah tiada pengharapan
karena tegar tak sanggup hapus air mata
sesal tiada henti yang tertinggal
dalam genangan air luka kematian
aku kini benar-benar telah mati
terkubur tanah rindu cinta yang keliru

##



Kang roedy, jkt 24:01:2011

Selasa, 18 Januari 2011

Sejarah Celana Jeans dan Kantong kecil nya

Celana jeans yang populer di Amerika Serikat pada tahun 1880 itu awalnya pertama kali dibuat di Genoa, Italia pada tahun 1560an.

Celana ini biasa digunakan oleh Angkatan Laut. Orang Perancis biasanya menyebut dengan istilah “Bleu de Geans” yang artinya Biru Genoa. Meskipun kain Jeans ini diproduksi pertama kali di Eropa namun untuk masalah fashion, jeans lebih populer di Amerika.


Levi Straus adalah orang yang pertama kali mempopulerkan celana dengan bahan Jeans ini di Amerika. Levi adalah seorang pemuda yang mencoba peruntungannya di San Fransisco dengan menjadi penjual pakaian. Saat itu di Amerika sedang dilanda demam emas. Untung memang tak dapat di tebak, kain dagangan Levi Straus pun habis terjual kecuali sebuah tenda yang terbuat dari kain kanvas.

Lalu kain kanvas untuk membuat tenda tersebut ia potong dan dibuat menjadi beberapa celana dan dijual kepada para penambang emas di Amerika. Hasilnya pun sangat memuaskan, para pekerja tambang emas sangat menyukai celana buatan Levi Strauss karena tahan lama dan tidak mudah rusak. Strauss berusaha menangkap peluang tersbut dengan menyempurnakan celana yang akan dibuatnya kembali. Ia lalu memesan bahan pembuat celana dari Genoa yang disebut dengan Genes. Levi Strauss memperkenalkan celana buatannya di Amerika menggunakan nama Blue Jeans.

Banyak para pekerja tambang emas pun langsung berbondong – bondong membeli celana dari Levi Strauss dan menobatkannya menjadi celana resmi penambang emas di Amerika. Para penambang emas tersebut menamai celana buatan Levis dengan istilah “those pants of Levi`s” yang artinya Celana si Levi. Istilah inilah yang menjadi merk dagang pertama celana jeans di dunia.

Insting bisnis Levi Straus yang tajam ini membuat pengusaha Jakob Davis tertarik dan mengajaknya untuk bekerja sama.

Pada tahun 1880 kerja sama tersebut melahirkan pabrik celana jeans pertama di dunia. Produk desain jeans mereka yang pertama diberi nama Levi’s 501. Produk ini di desain khusus untuk para pekerja tambang emas. Memiliki 5 saku dalam satu celana yaitu 2 di depan, 2 di belakang, dan 1 saku kecil di dalam saku depan sebelah kanan.



sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4870779

Senin, 10 Januari 2011

Aku yang bertanya

AKU YANG BERTANYA


Negri apa ini ?
Aku baca di Koran lihat di televisi
Gayus Tambunan gelapkan Pajak gasak 1,7 Triliun
Bebas pelesiran ke luar negeri
Pejabat ribut dan debat calon presiden 2014
Korupsi lagi terbongkar lagi
Disana sini Korupsi
Disana-sini maklar kasus
Hukum tumpul keadilan kabur
Semua kasus tidak ada yang tuntas
Semuanya basa basi ya percuma
Yang salah tidak dipenjara bahkan disematkan lencana di dadanya


Negri apa ini ?
Aku baca di Koran lihat di televisi
Pasangan Maksum dan Rohani asal Cirebon gantung diri
Keduanya buruh kebun tebu
Di Kebumen pemuda Samsul Fatah minum racun serangga
Penyebabnya tak bisa bertahan hidup akibat beban ekonomi yang kian berat
Upah nya murah dan tak naik-naik
Padahal harga kebutuhan pokok kian tinggi
Karena sudah tidak bisa beli beras
Enam bersaudara di Jepara keracunan tiwul , tewas
Jawa Tengah Surplus beras, 2,9 juta ton per tahun, semua itu kemana?
Di Jakarta Agus Sumartono Loncat dari lantai 6 Blok M Square
Di PHK, lama menganggur tak juga bisa dapat kerja
Jutaan rakyat prustasi mengakhiri hidup jadi solusi


Negri apa ini?
Aku baca di Koran lihat di televisi
Ratusan TKI pulang dalam peti mati
Di setrika, diperkosa, mulut di gunting dicaki maki
Ratusan TKI terlunta lunta diarab Saudi
Sepi tdk ada kata sekan semua tutup mata
Upahnya murah potongan nya tinggi
Diperbudak diperas dari berangkat hinga pulang


Negri apa ini?
Aku baca di Koran lihat di televisi
Ribuan buruh di PHK
Puluhan pabrik gulung tikar
Demo lagi aksi lagi
Upah murah, tak dibayar yang ada terus di rampas
Sementara ribuan orang cari kerja berbaris dipintu-pintu pabrik


Negri apa ini sebenarnya?
Aku baca di Koran lihat di televisi
Katanya negeri agraris
Beras susah, Gabah murah kedelai impor
Jutaan petani tak punya tanah yang ada terus di rampas
Jadi pabrik, jadi Apartemen, Lapangan golf dan jalan tol
Ini karenaTanah di monopoli oligarki
Petani Melawan, pasti di tangkap, ditembak masuk jeruji besi dan peti mati


Negri apa ini sebenarnya
Jutaan pemuda desa tak kerja
Anak kecil tak sekolah
Pemulung pengamen semakin bertambah
Para Penguasanya Kaya Raya
Rakyatnya makan dari Mengais Sampah


Negri apa ini sebenarnya
Kaya raya tapi rakyatnya tak berpunya
Subur makmur tapi rakyatnya tak pernah bisa tidur
Benda-benda telah menjadi fana terkubur
Negri merdeka, tapi rakyat tak punya kuasa

Dan kini biarkan aku terus bertanya melebur, menyatu dengan gelombang
Lantunkan sajak, dendangkan tembang
Gelorakan pembebasan untuk hari esok negri yang lebih gemilang.


kang roedy, RTM: 09012011

Rabu, 05 Januari 2011

Burung terbang …

Burung terbang …


Dari balik jendela kamar aku memandang langit

Ini adalah kebiasaan baru di kala gundah menjangkit

Biru,….. langit sore ini nampak begitu indah

Awan putih nampak malas melaju menuju selatan, terus gelisah

Angin sore singgah di balik jendela begitu malas

Sedikit menyapa rupamu tak bisa aku lupa barang sepintas


Tiba-tiba dari arah utara aku melihat tujuh burung terbang melayang

Kepakkan sayap tinggi-tinggi

Berkejaran seirama terus tinggi dan semakin jauh terbang

Aku pandangi terus sedari tadi

Kosong, dan semakin tinggi burung itu terbang nyaris menggapai awan/



Kang roedy, depok 05 Januari 2010

Selasa, 04 Januari 2011

Satu jam terlampau lama…

Cerpen :

Satu jam terlampau lama…


Hari ini adalah bulan ke 3 (tiga) aku berada di kota ini, setiap hari nyaris aku habiskan hanya dengan berjalan-jalan berkeliling kota, mall, toko buku dan duduk-duduk di café atau warung kopi. Sesekali mengunjungi teman yang aku kenal di stasiun kereta api ketika pertama kali datang di kota ini. Kadangpula aku bergabung dengan beberapa teman dalam diskusi soal BMI, soal kenaikan harga BBM, soal petani yang di tembak dan tanahnya dirampas, soal buruh yang di PHK, soal korupsi dan masih banyak lagi meskipun semuanya hanya di akhiri dengan aksi pasang sepanduk dan orasi di jalanan.

Seperti biasa aku meneruskan perjalanan di hari ini, …

Matahari mulai condong ke barat dengan bayang-bayang awan hitam, angin sekali-sekali berhembus malas. Sesekali terdengar suara klakson yang cukup keras dan terasa memecahkan gendang telinga. Kepadatan mulai nampak di seluruh ruas jalan utama dan juga jalan-jalan tikus. Dan akupun masih saja termenung sendiri disini, satu jam sudah aku habiskan waktu dengan berdiri di pinggir trotoar menghadap traffic light dengan sebotol aqua 600 ml di tangan. Pandangan liar terus mengawasi kekiri kekanan kadang kedepan dan belakang.

Di sebrang jalan tidak jauh dari lampu merah, aku lihat laki-laki separuh baya memejamkan matanya bersandar di bawah pohon mahoni di samping grobaknya yang dipenuhi botol bekas dan kardus-kardus.

Tiba-tiba satu anak berusia sekitar 8 th menggendong adiknya yang kira-kira baru bersusia sekitar satu tahun berlari-lari kecil mengitari mobil-mobil saat lampu merah dengan membunyikan kecrekan dari tutup botol, .. hari yang cerah untuk jiwa yang sepi, begitu terang untuk jiwa yang mati………. Mengalun satu lagu dari Peterpen dari mulut bocah itu.

Dua anak laki-laki dengan kaos kumal dan celana pendek datang menjajakan koran... 8 orang dewasa menjajakan makanan dan minuman
- 5 pengamen....lainnya datang
- 1 perempuan kumal setengah baya dengan mengendong anaknya perempuannya membawa sapu dan kain lap berjalan terpincang-pincang.
- 3 peminta-minta menghampiri mengetuk-ngetuk kaca mobil dan
- 5 lelaki iseng datang menghampiri... Mulai menggoda kurang ajar, hati degdeg-an terasa lebih ciut dan aku putuskan untuk pergi dengan naik metromini.

Dalam hatipun aku berucap ach.. satu jam terlampu lama untuk menyaksikan semua ini, dan besok apakah aku masih sanggup untuk menyaksikan semua pemandangan di kota ini.




Kang roedy, Depok 03 Januri 2010 (20:18)
(satu jam terlampau lama, terinspirasi dari satus fb seorang kawan)

Senin, 03 Januari 2011

Negeri ini Mengharapkanmu

Negeri ini Mengharapkanmu


Negri kita kaya raya subur tuhan sejak dulu/
Sayang semuanya hanya jadi hiasan karena kita hanya jadi bangsa babu/
Kita ini Kuli dari negeri sendiri, kuli dari kaum kolonial gaya baru/
Sebabnya tak juga usai dengan berkali-kali pemilu/
Masalah ini tak juga selesai hanya dengan Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah yang ragu/


Jelas sudah kawan ..!!
Terang sudah kawan ….!!
Di negri ini Jutaan Rakyat menunggu Mengharapkanmu datang dengan segudang ilmu/
Kamu di rindu untuk menyeru kebenaran Membumikan keadilan diseluruh penjuru/
Jangan menyerah, jangan bersedih, Kemuliaan akan segera kau raih/
Terus perhebat teori dan praktek meski harus dengan susah dan perih/
Karena kamu adalah generasi termaju dan terpilih/
Untuk membebaskan negeri dari icengkraman mperilaisme, feodalisme dan kaum-kaum kabir/


Terus berseru….!!
Terus bekerja ..!!
Hingga perjuangan ini benar-benar meluas dan menemukan arti sejatinya/
Hingga benar-benar negeri ini berdiri diatas kakinya sendiri/



Kang reody, Depok , 03 Januari 2010

Surat Pramoedya Ananta Toer kepada Goenawan Mohamad

Surat Pramoedya Ananta Toer kepada Goenawan Mohamad




saya bukan nelson mandela
saya tidak memerlukan basa-basi
gampang amat gus dur minta maaf
dan mengajak rekonsiliasi

dia bicara atas nama siapa?
NU atau Presiden?
kalau NU, kenapa dia bicara sebagai presiden?
kalau presiden, kenapa DPR dan MPR dilewatkan?
biarkan DPR dan MPR yang bicara
tak usah presiden

yang saya inginkan adalah tegaknya hukum
dan keadilan di Indonesia
penderitaan kami adalah urusan negara
kenapa DPR dan MPR diam saja?
saya tidak mudah memaafkan orang
karena sudah terlalu pahit menjadi orang Indonesia

basa-basi baik saja
tapi hanya basa-basi
selanjutnya mau apa?
maukah negara menggantikan kerugian
orang-orang seperti saya?

minta maaf saja tidak cukup
dirikan dan tegakkan hukum
semuanya mesti lewat hukum
harus jadi keputusan DPR dan MPR
tidak bisa begitu saja basa-basi minta maaf

ketika saya dibebaskan dari Pulau Buru
saya menerima surat keterangan
bahwa saya tidak terlibat G30S/PKI
namun setelah itu tidak ada tindakan apa-apa

saya sudah kehilangan kepercayaan
saya tidak percaya gus dur
saya tidak percaya goenawan mohamad
kalian ikut mendirikan rezim orde baru
saya tidak percaya dengan semua elite politik Indonesia
tak terkecuali intelektualnya
mereka selama ini memilih diam
dan menerima fasisme
mereka ikut bertanggung jawab atas penderitaan
yang saya alami
bertanggung jawab atas pembunuhan-pembunuhan orba

dalam hitungan hari, minggu, atau bulan
mungkin saya akan mati
karena penyempitan pembuluh darah jantung
basa-basi tak lagi menghibur saya


Citayam, 27 Oktober 2009
Asep Sambodja

Catatan: Surat Pramoedya ini ditulis sebagai jawaban atas tulisan Goenawan Mohamad, “Surat Terbuka untuk Pramoedya Ananta Toer” yang dimuat di Majalah Tempo 3-9 April 2000, dan dimuat ulang dalam buku Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2004). Harian Kompas, 15 Maret 2000 menulis, “Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan, sejak dulu, ketika masih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), dirinya sudah meminta maaf terhadap para korban Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).”